Mudik itu indah, pertemuan dengan keluarga, sanak saudara, handai tolan, dan refreshing batin yang luar biasa. Hanya ditemukan satu tahun sekali. Namun, masalahnya, banyak yang harus dibayar untuk itu. Seperti berjuang di medan laga… Alamak…

Suasana keberangkatan

Memang persoalan tersendiri, dalam mempersiapkan acara mudik yang luar biasa ini, dalam keadaan masih puasa, di mana badan tidak fit sebagaimana ketika tidak puasa.

Sebetulnya banyak trik mengatasi puasa agar tidak loyo. Misalnya, makan kurma pada saat akhir sahur akan membuat lebih kenyang dan kuat. Juga, minum suplemen, entah itu herbal ataupun biasa. Ataupun produk susu tertentu yang akan membuat badan menjadi kuat.

Namun semua itu – diterapkan atau tidak,  mempunyai kelemahan-kelemahan sehingga tetap saja badan waktu puasa itu bawaannya lemes dan ngantuk.

Kami pernah mendapat pengalaman mudik yang penuh petualang yang dikarenakan kondisi saat puasa. Waktu itu, kita semua berencana mudik ke Solo dari Jakarta. Dalam keadaan masih puasa, sepertinya semua malas-malasan untuk mempersiapkan semuanya, walhasil persiapan hanya sambil lalu karena sambil menahan lapar, tanpa menambah motivasi yang lain.

Dan, ketika sudah berangkat dan melalui satu dua kota lancar, dan kota ketiga mobilnya mogok, dan ternyata peralatan yang dibawa juga tidak ada karena waktu mempersiapkan juga asal menyiapkan, tidak serius. Ketika itu kami sangat beruntung, ditolong oleh penduduk di situ yang baik dan mobil bisa jalan lagi, meskipun dalam waktu yang sangat lama sekitar 2-3 jam, dan semua menyadari bahwa harus mempersiapkan diri dengan baik.

Suasana kampung halaman

Biasanya kampung mudik yang asyik adalah Jawa Tengah. Provinsi ini mempunyai angka pemudik paling tinggi di Indonesia. Pulang menjadi kata yang menyenangkan.

Meskipun di tempat mudik umpeg-umpegan, tapi suasana ini memang bikin kangen. Dulu, ketika saya masih gadis, sering mempersiapkan pemudik yang terdiri dari putra-putri ibu yang beberapa tinggal di Jakarta dengan mempersiapkan masakan khas, yaitu lontong opor dan sambal goreng yang nanti akan dinikmati kakak-kakak saya itu.

Selain masakan, untuk tempatnya, dilakukan dengan meminggirkan semua perabotan seperti kursi dan lain sebagainya. Kemudian, menggelar karpet di seluruh ruangan. Yang disisakan hanya seperangkat kursi tamu yang diletakkan pada teras rumah di depan.

Semua itu dimaksudkan untuk memperlebar ruang tidur. Seluruh karpet yang digelar itu bisa berfungsi sebagai ruang tidur untuk laki-laki dan anak, serta ruang duduk. Kamar-kamar yang ada dipergunakan untuk menaruh tas, tempat ganti baju, juga tempat tidur yang wanita.

Begitulah, jadi ruang duduk yang sangat luas ini menjadi tempat berkumpul dan bercerita yang mengasyikkan. Selain itu, kalau sudah malam untuk tempat tidur bapak-bapak, remaja tanggung dan anak laki-laki. Ibu-ibu dan anak kecil tidur di kamar. Seperti ini yang membuat kenangan tersendiri.

Kesimpulan persiapan mudik

Dengan melihat persiapan mudik, dari suasana keberangkatan dan suasana kampung halaman, dapat disimpulkan yaitu: Pertama, mempersiapkan sebaik mungkin kendaraan tidak mogok dalam perjalanan. Kedua, mempersiapkan kesehatan dengan baik, karena dalam suasa di kampung halaman yang menjadi tamu bukan kita saja tetapi saudara-saudara yang lain. Jadi, rumah tidak bisa menyediakan kamar untuk beristirahat secara khusus, namun secara semi massal. Sehingga, hal ini memerlukan stamina yang cukup karena tidak tidur di kamar. Ketiga, ingatlah keamanan rumah yang ditinggal dengan menitipkan pada Pak RT, juga keamanan-keamanan yang lain, seperti mencabut semua peralatan listrik, hingga tabung gas. Dan, keempat, yang terakhir, adalah berdoa. Pasrahkan diri pada Allah agar dilindungi dari segala mara bahaya. [Novi Saptina]