Karena transaksi elektronik terkait erat dengan sistem komputer, dibutuhkan pula perangkat lunak yang mendukung. Ada banyak perangkat lunak yang dipakai oleh bank untuk menyediakan layanan transaksi elektronik.
Juni lalu, Ketua Komite 2 APMK Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) Steve Marta, mengatakan, bank akan menggunakan perangkat lunak pengelolaan transaksi elektronik yang biasanya sudah terdapat pada sistem utama bank.

“Software sepeti ini, misalnya, Card System yang fungsinya melakukan pencatatan, komunikasi, dan rekonsiliasi transaksi elektronik. Bank juga dapat menggunakan software tambahan, seperti Risk Management Software, yang gunanya untuk memitigasi risiko-risiko transaksi tak wajar,” katanya.

Perangkat lunak lainnya, imbuh Steve, tergantung kebutuhan bank penyedia layanan transaksi elektronik. Contohnya, perangkat lunak otentikasi (otorisasi) untuk melakukan transaksi e-commerce. Ada juga contactless software untuk melakukan transaksi tanpa bersentuhan dengan perangkat penerimaan.

“Bank Indonesia (BI) tidak menetapkan jenis sofware yang harus digunakan. BI hanya akan melakukan supervisi atas keamanan software atau transaksi yang dijalankan oleh masing-masing bank,” terang Steve.
Untuk membangun infrastruktur dan penyediaan perangkat keras transaksi elektronik butuh modal yang cukup besar. Memasang satu unit ATM semisal, bank butuh modal sekitar 10 ribu dollar AS atau sekitar Rp 100 juta.

Angka itu mencakup harga mesin, sewa tempat, dan membangun gerai ATM. Belum lagi biaya pelatihan para teknisi yang merawatnya dan lisensi aplikasi perangkat lunak. Jadi, bila bank memiliki 10 ribu ATM, tinggal dikalikan saja berapa investasi yang diperlukan.

Bagi bank-bank besar, modal triliunan rupiah untuk mengembangkan jaringan secara mandiri, tak menjadi masalah serius. Namun, bagaimana dengan bank-bank kelas menengah atau yang tengah berkembang? Jalan keluarnya dengan bergabung ke dalam vendor atau penyedia jaringan ATM.

Menurut data BI, di Indonesia terdapat tiga penyedia jaringan ATM, yakni PT Artajasa Pembayaran Elektronis (ATM Bersama), PT Rintis Sejahtera (ATM Prima), dan PT Daya Network Lestari (ATM Alto). BI telah melakukan kesepakatan dengan ketiga penyedia jaringan ATM tadi agar nasabah dapat melakukan transfer antarbank dari dan ke semua bank. [TYS]

foto: shutterstock