Gas karbondioksida, yang antara lain berasal dari gas buang kendaraan bermotor, punya andil terhadap pembentukan efek rumah kaca. Sebagai upaya mitigasi, dunia otomotif berupaya menelurkan inovasi berupa kendaraan-kendaraan ramah lingkungan, contohnya mobil listrik.
Dewasa ini mobil listrik selalu menjadi perbincangan hangat dan terus mencuri perhatian. Ini dapat dilihat melalui banyaknya pengunjung yang memadati booth pameran yang memajang mobil yang diklaim memiliki sederet kelebihan jika dibandingkan dengan kendaraan berbahan bakar bensin atau solar. Kelebihan yang dimaksud antara lain emisi yang lebih rendah sehingga bisa menekan angka pencemaran.
Kendaraan yang masih terbilang langka ini juga disebut-sebut minim perawatan karena tidak menggunakan oli mesin. Pelumas hanya dibutuhkan untuk komponen transmisi sehingga pemiliki mobil listrik hanya perlu memperhatikan dan merawat baterai agar tetap prima.
Dengan teknologi intelligent transport system (ITS), mobil listrik juga memiliki tingkat keselamatan tinggi lantaran mampu melakukan pengereman otomatis apabila terjadi tabrakan.
Masih banyak lagi keuntungan lainnya apabila menggunakan mobil listrik. Namun, di sisi lain, terobosan baru ini juga masih memiliki kekurangan, sebut saja waktu pengisian baterai yang lama dan jarak tempuh. Hal ini belum ditambah tingginya harga sumber listrik tersebut.
Mobil yang tidak menimbulkan suara bising ini tentu menuntut infrastruktur yang lebih siap–dengan memperbanyak stasiun-stasiun pengisian baterai. Di sinilah peran pemerintah dan pihak-pihak terkait dibutuhkan. Jangan sampai alih-alih peduli lingkungan, pemilik mobil listrik malah kelimpungan saat baterai mobilnya habis di tengah perjalanan.
Semakin akrab
Di Indonesia, teknologi baru ini juga sudah semakin akrab. Pada ajang Indonesia International Motor Show (IIMS) 2017 di JI Expo Kemayoran, Jakarta beberapa waktu lalu, misalnya, terpamer sejumlah model mobil listrik, baik berasal dari produsen-produsen ternama maupun hasil inovasi mahasiswa-mahasiswa Indonesia.
Pengunjung dapat melihat produk besutan Toyota berupa kendaraan hybrid (penggabungan teknologi listrik/baterai dengan mesin bensin konvensional), baik di kelas sedan mewah maupun MPV mewah.
Merek asal Jepang ini memperkenalkan kendaraan berbasis Toyota Hybrid System (THS) kepada pengunjung. Mobil hasil inovasi tersebut memberi daya pikat tersendiri lantaran teknologi yang digunakan masih terbilang anyar.
Tak hanya itu, di salah satu booth di Hall C2 juga tersaji karya-karya memukau hasil inovasi mahasiswa Indonesia. Mereka memamerkan sejumlah mobil listrik yang sudah pernah meraih sejumlah penghargaan.
Mobil listrik bernama Fatahillah dari Universitas Negeri Jakarta, serta dua unit mobil listrik yang dirakit mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, yakni Kaliurang Unisi 1 dan Kaliurang Unisi 2 turut unjuk kebolehan.
Mereka berharap, mobil listrik karya generasi muda ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah sehingga memiliki peran dalam menurunkan tingkat emisi karbon dioksida. Mobil listrik dengan sosok mobil balap itu dirakit selama kurang lebih 6 bulan dengan sebagian besar komponen lokal.
Berinovasi
Tesla model S P100D yang dihadirkan oleh salah satu importir mewah juga tak kalah menyedot perhatian. Mobil berbekal motor listrik berkapasitas 100 kWh ini diklaim mampu melahap jarak hingga 539 kilometer dalam sekali pengisian baterai penuh.
Merek lainnya seperti Hyundai juga tak tinggal diam. Mengutip Reuters, Hyundai Motor Company dan afiliasinya Kia Motors sedang giat mengejar kemajuan Tesla yang sudah lebih dulu menciptakan mobil listrik.
Lee Ki-sang, pimpinan proyek mobil hijau Hyundai-Kia optimistis, pihaknya mampu menyaingi mobil ramah lingkungan merek lain. “Hyundai akan meluncurkan SUV listrik, diikuti oleh Kia tahun berikutnya, karena ada permintaan besar di segmen ini. Platform mobil listrik memerlukan investasi besar, tetapi kami melakukannya untuk mempersiapkan masa depan.”
Di China, mobil listrik sudah membanjiri industri otomotif negara tersebut. Tak heran apabila merek global semakin banyak melirik ladang hijau tersebut. Mercedes, Ford, General Motors, dan sejumlah merek lain telah berencana memasarkan kendaraan listrik ke Negeri Tirai Bambu tersebut.
Penjualan mobil listrik yang pada 2016 tercatat 507.000 unit atau meningkat 50 persen dari tahun sebelumnya, diprediksi terus meningkat. Tahun ini, pemerintah China memprediksi penjualan mencapai 700.000-800.000 unit. Lalu, bagaimana dengan Indonesia, sudah siapkah mobil tersebut mewarnai industi otomotif nasional? Kita tunggu saja. [BYU]
Foto dokumen Shutterstock.
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 3 Juni 2017