Sebagai orangtua, pernahkah Anda mengalami kejadian tidak mengenakkan, yaitu saat si kecil tiba-tiba mengamuk karena keinginannya tidak terpenuhi? Jika iya, apakah hal tersebut wajar?

Ternyata, ledakan amarah yang dialami anak merupakan hal yang wajar terjadi. Inilah salah satu  bentuk ekspresi rasa frustasi. Sebenarnya, perilaku menentang dan melawan serta sikap keras kepala pada anak, terutama anak balita ini merupakan bagian alami dari peralihan  ketergantungan total ke situasi mandiri.

Jika anak mencapai titik ini, berarti dia berada di luar kendali dan di luar nalar. Umumnya, begitu suatu ledakan amarah dimulai, maka akan terus berlangsung.

Dalam istilah kesehatan, ledakan amarah itu disebut dengan temper tantrum pada anak yang dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana. Kondisi ini terjadi bukan sekadar mencari perhatian dari orang dewasa. Ketika mengalami ledakan amarah, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya dalam bermacam ekspresi, seperti menangis, menjerit, memukul, atau mencubit.

Menyerah bukanlah jawaban tepat. Jangan sampai Anda mengubah keputusan yang sudah dibuat hanya demi anak berhenti marah-marah.  Jika kondisi itu sedang terjadi, paling baik berikan anak istirahat sejenak.

Tinggalkan ruangan atau tempat dan coba abaikan apa yang sedang berlangsung. Kalaupun anak terlihat menahan napasnya, tidak perlu dicemaskan karena biasanya hal ini tidak berbahaya.

Situasi terkadang bisa runyam apabila si kecil marah-marah di tempat umum. Mau tak mau Anda perlu melakukan sesuatu tindakan agar suasana emosional itu mereda. Jangan langsung ditanggapi dengan marah dan berteriak karena hal itu justru memancing anak untuk semakin berbuat seenaknya dan bertambah emosi.

Menghadapi hal itu, Anda dapat langsungbertindak cepat dengan memisahkan anak dari orang lain dan keramaian hingga dia bisa kembali menyesuaikan diri. Kesabaran menjadi kunci utama dalam menghadapi sikap anak seperti ini. [AJG]

foto: shutterstock

noted: meredakan amarah si kecil