Namanya saja buah cinta, beragam cara dilakukan untuk memastikan si kecil merasa bahagia, tumbuh dengan sempurna, tak kurang satu apapun. Segala kebutuhannya tersedia, termasuk hal-hal yang sesungguhnya tidak dibutuhkan. Banyak pakar pemerhati perkembangan anak mengingatkan orangtua agar tidak tergelincir pada rasa sayang berlebihan yang justru tidak baik dalam proses pendewasaan si kecil.

Jangan melakukan ini dan itu, tidak boleh ke sana atau ke sini, harus begini dan begitu. Hal ini kerap terdengar dalam percakapan sehari-hari dengan sang buah hati. Bukan berarti anak tumbuh bebas tanpa peraturan. Karena, toh, mereka juga harus belajar menaati peraturan. Seperti ujaran bapak filsuf dunia Aristoteles, mereka yang tak pernah belajar patuh tidak akan menjadi pemimpin yang baik. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan acuan saat membimbing anak menjadi dewasa.

 

Membangun kepercayaan diri  

Ini modal utama untuk berkembang penuh sebagai individu berkualitas. Salah satu caranya dengan memberinya kepercayaan untuk melakukan tugas tertentu dan tak segan memberi pujian jika berhasil. Memberi ruang dan kebebasan bagi anak untuk berekspresi ataupun mengeksplorasi diri juga dapat menumbuhkan kepercayaan diri.

 

Risiko dan konsekuensi

Berjiwa pemimpin artinya berani menerima risiko dan konsekuensi, bukan mencari alasan untuk menjadi kambing hitam.

Masih ingat jika anak terjatuh lalu menangis? Atau, karena berlari-lari lalu kakinya tersandung meja dan menangis? Alih-alih memarahinya agar tak berlarian atau mengajaknya menyalahkan benda-benda mati di sekitarnya, sebaiknya beri pemahaman agar ia lebih berhati-hati. Jika tidak berhati-hati, akibatnya bisa terjatuh dan merasa sakit.

Bantu pula anak belajar membuat pilihan, dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Misalnya, menentukan jenis permainan atau kegiatan yang diinginkannya. Jika di penghujung hari anak mengeluh ada hal-hal yang tidak ia sukai, tak ada salahnya mengingatkan bahwa itu pilihannya sendiri, bukan orangtua. Dengan kata lain, segala hal yang ia sukai ataupun tidak sukai, pada akhirnya adalah dampak dari pilihannya sendiri.

Dari sini secara tidak langsung anak diajak untuk belajar memecahkan masalah, yang menjadi bekal penting dalam setiap proses pendewasaannya. Setiap individu pada akhirnya, toh akan selalu berhadapan dengan risiko, konsekuensi, tanggung jawab, dan menghadapi kesalahan.
Disiplin

Mudah dilihat, tidak semua orang dewasa memiliki sikap kedisiplinan yang baik. Hal ini pun berpengaruh saat bekerja dan memengaruhi profesionalisme kerja. Menumbuhkan sikap disiplin juga perlu diperkenalkan sejak dini, dimulai dari cara sederhana. Misalnya jadwal makan yang teratur untuk sarapan, makan siang, dan makan malam, serta makan harus selalu di meja makan.

Seiring anak tumbuh besar, ajarkan pentingnya membuat jadwal pribadi dan merealisasikan rencananya. Dengan demikian, ia terus belajar disiplin dan mengatur pola hidup dengan lebih terampil, serta paham mengenai urutan prioritas. [ADT]

foto: shutterstock