Tak sedikit orang yang berpendapat bahwa biaya sakit itu mahal sekali harganya. Selain tarif dokter spesialis yang terbilang tidak murah, biaya terapi, rawat inap rumah sakit, dan obat-obatan pun semakin tahun semakin mahal. Walaupun kini ada program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan yang dapat meringankan beban para pasien, bukan berarti Anda bisa seenaknya menyepelekan masalah kesehatan.
Ada banyak cara untuk hidup sehat. Salah satunya dengan menerapkan pola hidup dan pola makan sehat. Di antaranya Rini (49), karyawati bank pemerintah terkemuka. Bagi Rini, mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes membuatnya harus ekstra hati-hati dalam menjaga kesehatan. Maklum saja, diabetes merupakan penyakit turunan yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ tubuh lainnya. Oleh karena itu, Rini lebih memilih hidup sehat ketimbang waswas dihantui diabetes.
Lalu bagaimana cara Rini menjalani pola hidup sehat? Pertama, menjaga pola makan. Banyak membaca buku tentang kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit diabetes membuat Rini semakin hari sadar akan bahaya gula dan makanan yang mengandung Indeks Glikemik tinggi (IG). IG adalah angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau ranking pangan menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah. “Itu sebabnya, saya tidak lagi mengonsumsi nasi putih, tetapi menggantinya dengan nasi merah,†ujar Rini.
Selain itu, Rini secara perlahan mengganti lauk pauk yang digoreng menjadi lauk pauk yang dikukus atau direbus. Ia bahkan menjadikan hal ini sebagai tantangan, yaitu bagaimana menyajikan lauk pauk yang nikmat walau tidak digoreng. Aneka pepes dan soto menjadi andalan Rini dalam menyajikan menu favorit keluarga.
“Saya menyontek pola makan sehat ini dari berbagai buku kesehatan yang pernah saya baca. Semuanya saya buat rangkumannya. Bahkan, menu sehat tanpa digoreng pun saya dapatkan dari buku-buku kesehatan. Saya merasa tertantang untuk menyajikan menu sehat keluarga tanpa harus menambahkan MSG atau garam yang banyak sebagai penentu kelezatan dan cita rasa dari masakan yang saya sajikan,†lanjut Rini lagi.
Sebagai pelengkap hidup sehat yang diterapkannya, Rini dan keluarga juga membiasakan diri untuk berolahraga setidaknya 30 menit dalam sehari. Tidak harus dilakukan di pusat kebugaran atau lapangan olahraga karena terkadang sambil menonton drama Korea kegemarannya, Rini masih bisa melakukan treadmill di depan TV.
Balita pun merasakan manfaatnya
Mirip dengan yang dilakukan Rini, Widyawati (29) juga melakukan hal yang sama, yaitu menyontek gaya hidup sehat dari buku kesehatan. Memiliki anak usia balita, Widya—demikian ia biasa disapa—suka membeli buku tentang kesehatan dan perawatan anak di sebuah toko buku ternama di kawasan Matraman, Jakarta.
Mulai dari buku tentang panduan menyajikan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) hingga panduan memijat bayi dan balita pun dilahapnya. Baginya, buku-buku ini penting sekali untuk tumbuh kembang balita yang tengah diasuhnya.
“Dulu, berat badan putri saya nyaris tidak pernah naik. Bahkan, boleh dibilang di bawah rata-rata. Lalu saya dan suami mencari buku-buku tentang perawatan balita. Maklum saja, kami baru memiliki satu anak, sehingga pengetahuan tentang perawatan anak minim sekali. Setelah mempraktikkan gaya hidup sehat bagi balita yang saya pelajari melalui berbagai buku kesehatan, kini balita kami tumbuh sehat dengan berat badan dan tinggi yang sesuai umurnya. Saya yang tadinya malas membaca buku kini tergila-gila mencari pengetahuan dari buku. Bahkan, saya dan suami kini juga menjalani pola hidup sehat agar dapat terus mendampingi putri mungil kami hingga ia dewasa nanti,†ujar Widya.
Apa yang dialami Rini dan Widya sangat mungkin terjadi juga pada Anda. Oleh karena itu, tidak ada salahnya Anda dan keluarga memulai hidup sehat sekarang juga. [AYA]
noted:Â Menyontek Gaya Hidup Sehat dari Buku Kesehatan