Membentang sepanjang 370 meter di Riau, Sungai Siak menjadi salah satu sungai terpenting. Selain sebagai jalur transportasi dan perdagangan, beragam fauna yang hidup di sungai ini pun menjadi pangan sehari-hari warga Riau.
Siang itu, pertengahan November 2021, Rumah Makan Cuik mulai padat disambangi pengunjung. Di balik spanduk bertuliskan “Rumah Makan Cuik, Masakan Khas Sungai”, kursi-kursi yang mulanya kosong segera diduduki para tamu dan piring-piring berisi beragam masakan ditata di atas meja.
Ikan selais goreng, gulai baung, udang sungai, ayam gulai goreng, serta lalapan daun singkong rebus dan sambal langsung menggugah selera makan. Segera setelahnya, nasi dengan uap mengepul diantarkan dan pesta kecil bagi para pengunjung dimulai.
Baca juga:
Menjajal Mi Tarempa dan Kudapan Khas Anambas
Cicipi Kelezatan 5 Kuliner Khas Kalimantan Ini
Pesta rasa di Rumah Makan Cuik
Jika kamu bingung mana yang harus dijajal lebih dulu, suapan pertama dapat diawali dengan ikan selais goreng. Ambil sedikit dagingnya, beri sambal merah atau hijau, dan kunyah bersama nasi hangat. Daging selais memang tipis, tapi teksturnya padat. Renyah dan gurihnya sungguh membuat lidah menunggu suapan berikutnya. Cita rasa yang akan membuat sebagian orang berkomentar, bahagia itu sederhana.
Tidak mudah menemukan ikan selais di luar Riau karena ini adalah hewan endemik Riau. Bahkan, ikan selais dijadikan ikon provinsi Riau. Di depan Kantor Wali Kota Pekanbaru, kamu bisa menjumpai tugu berbentuk ikan selais. Ikan ini pipih dan memanjang dengan kepala yang mengerucut.
Ikan selais goreng, seperti dituturkan Ibu Cuik, pemilik rumah makan ini, menjadi salah satu menu yang paling banyak dicari tamu. Namun, kadang-kadang menu ini memang absen karena hasil tangkapan nelayan sedikit atau tidak ada.
Selanjutnya, kamu bisa cicipi gulai baung. Karakter rasanya sangat berbeda dengan selais. Ikan baung berdaging tebal dan bertekstur lembut. Sangat cocok diolah jadi masakan berkuah.
Di tangan orang Melayu seperti Ibu Cuik, ikan baung dimasak gulai dengan santan. Rasa asam yang segar langsung menyentak pada suapan pertama, jejak asam kandis yang menjadi salah satu bumbu utamanya. Ada pula rasa pedas yang pas takarannya karena digunakannya cabai rawit hijau.
“Ini masakan Melayu Minang, resepnya dari orangtua. Sejak saya kecil, sering ada masakan ini di rumah. Bumbu utamanya asam kandis, cabai rawit hijau, tomat hijau, dan batang bawang,” ujar Cuik.
Batang bawang adalah bunga bawang. Teksturnya seperti batang kangkung dengan rasa khas bawang. Ini membuat cita rasa gulai lebih kaya.
Selain ikan selais dan gulai baung, Rumah Makan Cuik menyediakan udang sungai yang besar-besar dan ikan pantau, sejenis wader. Sayangnya, hari itu menu pantau tidak ada. Seperti juga selais, tidak setiap hari nelayan mendapatkan pantau.
Di luar masakan khas sungai, rumah makan ini punya menu andalan ayam gulai yang kemudian digoreng. Rempah-rempah yang telah meresap pada ayam kampung yang dimasak gulai membuat ayam goreng lebih harum dan gurih.
“Semua masakan masih dimasak dengan kayu bakar,” tambah Cuik. Rupanya inilah kunci kenikmatan yang lain. Aroma asap yang terlacak pada setiap olahan. Jika kamu berkunjung ke Pekanbaru dan mencari kuliner yang autentik, Rumah Makan Cuik layak disambangi.