Pagi ini, kening Reza berkerut melihat jendela di rumahnya yang masih tertutup. Reza adalah mahasiswa yang tinggal bersama orangtuanya di Banyuwangi, Jawa Timur.
Ini sudah pukul 8 pagi dan harusnya jendela sudah dibuka. Biar sinar matahari masuk dan membunuh bakteri penyakit yang ada, gumamnya seraya membuka jendela-jendela di rumahnya.
Namun, Hanna, adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, melarangnya. “Kak Reza, jendela jangan dibuka! Nanti virus korona masuk, bisa gawat lho!”
Reza memandang adiknya. “Mencegah virus itu tidak sama dengan mencegah kucing tetangga agar tidak masuk mencuri ikan di rumah kita. Begitu jendela ditutup langsung aman.”
“Terus, bagaimana?” kilah Hanna.
Dengan cekatan, Reza lalu meraih kertas folio dan spidol serta langsung menggambar. Lewat gambar itulah ia menjelaskan kepada adiknya, bagaimana cara menjaga diri dari virus korona. Pertama, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air atau hand sanitizer.
“Meski sepele, mencuci tangan itu bisa mematikan virus lho, Dik,” ujarnya sambil memperagakan cara mencuci tangan yang benar.
Selanjutnya, Reza mencontohkan ke Hanna posisi lengan siku untuk menutup mulut atau hidung saat bersin atau batuk.
“Mengapa begitu, Kak?”
Reza menjelaskan kalau virus bisa menyebar lewat tetesan atau percikan kecil yang keluar saat bersin atau batuk.
Untuk memudahkan penjelasannya, Reza menggambar tiga orang sahabat yang sedang berlatih angklung Banyuwangi. Masing-masing bernama Abi, Abu, dan Aba. Abi rupanya terjangkit virus korona. Sewaktu bersin, percikan yang biasa disebut droplet mengandung virus keluar lewat hidungnya. Satu droplet terhirup oleh Abu dan langsung masuk ke tubuhnya. Sisanya mengenai permukaan angklung. Nah, Aba tanpa sengaja memegang angklung tersebut. Virus pun segera berpindah ke tangannya. Sayangnya, sepulang ke rumah, Aba tidak mencuci tangan. Malah asyik main game sambil menggaruk hidungnya yang gatal. Jadilah si virus berpindah ke dalam tubuh Aba melalui hidung.
“Wah, terus gimana biar virusnya tidak masuk ke tubuh kita?”
“Hindari menyentuh wajah, Dik. Terutama bagian mulut, hidung, serta mata. Terus jaga jarak satu sama lain, kurang lebih 1 meter.”
“Kok, jauh amat?”
“Iya, biar tidak tertular virus seperti Abu dan Aba.”
“Dan, kamu juga jangan berkeliaran ke mana-mana dahulu. Tetapi, kalau ada gejala demam tinggi, batuk kering, dan sesak napas harus segera ke rumah sakit. Biar dokter segera menanganinya,” kata Bunda menimpali sambil membawa sepiring singkong keju.
Hanna hendak mencomot singkong keju kesukaannya. Namun, Reza mengingatkan, ”Hanna, ingat korona! Cuci tangan dulu ya?”
Hanna lalu pergi ke belakang dan cuci tangan, diiringi tawa Kak Reza serta Bunda. *
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Afin Yulia
Pendongeng: Paman Gery (IG: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita