ASEAN adalah destinasi yang unggul dari sisi keanekaragaman hayatinya. Potensi wilayah ini akan kepariwisataan berkelanjutan sangat besar. Sayangnya, ini belum banyak disadari pelaku industri pariwisata dan wisatawan.

Di Indonesia saja, 59 persen dari area daratannya ditutupi hutan tropis. Indonesia juga rumah bagi 16 persen reptil dan amfibi, 12 persen mamalia, dan 17 persen burung di dunia. Ada 50 taman nasional di negara ini dan 6 di antaranya termasuk dalam Situs Warisan Dunia. Belum lagi taman bawah lautnya yang begitu luas dengan keanekaragaman hayati yang tinggi.

Foto-foto : Iklan Kompas/Fellycia Novka

Dari sisi pariwisata, kekayaan ASEAN menjadi modal untuk mempromosikan perjalanan di kawasan ini. Tentu saja, untuk mengeksplorasi kekayaan alam juga budaya daerah-daerah di ASEAN, wisatawan mesti memilih destinasi yang tepat sekaligus menjadi wisatawan yang bertanggung jawab. Di sisi lain, penyedia jasa perjalanan atau operator tur juga punya peran besar untuk mengedukasi wisatawan dan mendorong perilaku yang lebih ramah lingkungan dan menghargai destinasi wisata.

Tidak banyak penyedia jasa perjalanan yang benar-benar memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan. Khiri Travel yang berpusat di Thailand menjadi salah satu penyedia jasa perjalanan yang punya perhatian besar pada prinsip 3P: people, planet, dan profit. Kepada para konsumennya, Khiri Travel merekomendasikan tempat-tempat yang memperhatikan aspek pemberdayaan warga lokal, keberlanjutan lingkungan, dan peningkatan taraf ekonomi.

Gili Back, Sustainability Manager Khiri Travel, mengatakan, ASEAN menjadi fokus penyedia jasa perjalanan itu. Wilayah jangkauan Khiri Travel yaitu Kamboja, Laos, Vietnam, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, dan Thailand. Dalam setiap negara itu, mereka mencari destinasi-destinasi yang sudah menerapkan prinsip berkelanjutan. Di Indonesia, misalnya, Khiri Travel merekomendasikan sejumlah taman nasional sebagai destinasi, antara lain Bukit Lawang, Komodo, Ujung Kulon, Gunung Leuser, dan Tanjung Puting.

“Wisatawan juga bisa memilih tujuan wisatanya sendiri sesuai dengan minat mereka, seperti ke Ubud, Bali. Namun, ketika mereka ingin melakukan spa misalnya, kami tetap akan merekomendasikan mereka untuk melakukannya di tempat yang bisnisnya dijalankan komunitas kecil dengan bahan-bahan alami. Selain untuk mendorong keberlanjutan lingkungan, ini juga menjadi upaya untuk pemerataan ekonomi,” jelas Gili.

Edukasi wisatawan

Khiri Travel juga menggugah wisatawan untuk lebih “melek lingkungan”. Dalam perjalanan wisatanya ini, pelancong diminta untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Khiri mendukung Travelers Against Plastic (TAP), gerakan yang bertujuan mengurangi jejak karbon wisatawan. Khiri Travel juga mendata sejumlah hotel di masing-masing negara cakupannya yang sudah menggunakan botol kaca untuk air minum atau sistem isi ulang air minum.

Selain itu, kegiatan pelesir kadang diselingi aksi menanam pohon di daerah tujuan. Khiri juga bergabung dengan gerakan Plant A Tree Today (PATT) yang berpusat di Inggris dan beroperasi salah satunya di kawasan Asia Tenggara. PATT menginisiasi dan mengembangkan program reforestasi.

Di Indonesia sendiri, belum banyak penyedia jasa perjalanan yang dengan sadar mendukung pariwisata berkelanjutan. Begitu pula dengan wisatawannya, baru sedikit yang menaruh perhatian pada aspek-aspek lingkungan dan budaya. Padahal, inilah masa depan pariwisata Indonesia kelak.  [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 8 Maret 2018