Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh e-dagang Indonesia di masa depan. Sebut saja kesiapan infrastruktur, teknologi, sumber daya manusia, dan inovasi teknologi.

Hal tersebut dikatakan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Bambang Heru Tjahjono saat berbicara di acara Forum Ekonomi Nusantara di Jakarta, Kamis (19/11).

Bila dijabarkan lebih jauh, tantangan e-dagang Indonesia bukan masalah infrastruktur atau hal yang bersifat teknis dan fisik semata. Konsumen juga harus mengubah cara pandang mereka terhadap e-dagang.

Saat ini, konsumen terutama di kalangan generasi lama, belanja daring di e-dagang rentan penipuan. Hal ini menyebabkan mereka enggan atau malah melarang putra-putrinya untuk melakukan belanja daring. Padahal, anak-anak mereka merupakan generasi yang sudah melek internet sejak lahir.

Kemudian, belum adanya model pembayaran daring yang aman dan sistematis membuat konsumen masih belum berani berbelanja secara besar-besaran atau kecil, tetapi frekuensinya tinggi. Permasalahan logistik dan distribusi juga menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah.

Walaupun masih banyak masalah, pengusaha e-dagang lokal terus bertambah baik yang level kecil hingga level korporasi. Sayangnya, mereka yang bermodal kecil harus bekerja keras untuk mempromosikan usahanya. Sebab, mindset konsumen Indonesia sudah terlanjur terpatri dengan merek asing.

Oleh karena itu, pemerintah segera akan tancap gas untuk merampungkan infrastruktur 4G LTE sampai ke pelosok setelah penataan frekuensinya selesai beberapa waktu lalu. Kondisi geografis Indonesia sudah pasti membutuhkan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang berbeda-beda. Jadi, bagi Anda yang ingin membuat usaha e-dagang baru, bisa mulai fokus untuk merambah daerah lain, jangan hanya berfokus di Jawa.

Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Daniel Tumiwa mengatakan, Sumatera dan Sulawesi akan menjadi prospek pertumbuhan populasi yang potensial. Daniel saat ditemui di acara yang sama mengakui, pasar e-dagang Indonesia semakin penuh dan padat sekarang ini. Pemain baru kemungkinan akan bisa berhasil, tetapi harus berjuang lebih keras.

“Cara yang paling bisa ditempuh sekarang adalah dengan mendirikan e-dagang yang lebih spesifik produknya. Misalnya, e-dagang khusus batu akik, pakaian bayi, atau lainnya, Yang penting spesifik. Sudah beberapa orang yang sudah memulainya,” pungkasnya. [VTO]

noted: Menilik Peluang E-Dagang di Indonesia