Pepatah mengatakan, “Hidup di kota tanpa bersiasat, dapat tersesat.” Benarlah yang dikatakan pepatah tersebut. Ketika setiap hari harus berkutat dengan kesibukan dan rutinitas di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, terkadang rasa jenuh dan penat menghampiri pikiran.

Pada saat demikian, diperlukan siasat jitu untuk mendapatkan ketenangan. Salah satu cara menarik yang dapat dilakukan, cobalah sejenak menikmati suasana Kota Tua di Semasa Cafe + Shop.

Menempati lantai tiga di Gedung OLVEH, kafe mungil ini mampu menyuguhkan atmosfer damai dan nyaman. Terlebih lagi, lokasinya yang berada di kawasan kota Tua, berseberangan dengan stasiun Kota (Beos), mampu memberikan daya tarik tersendiri. Petualangan singkat pun dimulai ketika menapaki setiap anak tangga menuju lantai tiga tempat kafe ini berada, yang dijamin menghadirkan nuansa nostalgia yang magis.

Gedung OLVEH merupakan bangunan peninggalan Belanda. Gedung tersebut mengambil nama dari perusahaan asuransi yang menempatinya pada dekade 1920-an, yaitu Onderlinge Levensverzekering Van Eigen Hulp disingkat OLVEH. Sesudah Indonesia merdeka, perusahaan asuransi ini dinasionalisasi menjadi asuransi Jiwasraya.

Seiring bergulirnya waktu dan setelah tidak lagi dipakai asuransi Jiwasraya, Gedung OLVEH masuk sebagai salah satu gedung di Kawasan Kota Tua yang perlu direvitalisasi Konsorsium Kota Tua Jakarta. Dengan tetap menjaga keaslian arsitektur gedung, bangunan bercat putih ini terlihat unik dan sarat nilai sejarah.

Beberapa bukti kekhasan gedung peninggalan kolonial Belanda adalah keberadaan brankas kuno dan jendela klasik di area Semasa Cafe + Shop. Bahkan dinding gedung sengaja dikelupas agar pengunjung dapat melihat langsung batu-bata merah yang masih memiliki nomor, bahan utama yang dipakai untuk mendirikan gedung ini.

Sementara itu, di lantai dua, terdapat toilet dengan bentuk yang masih sama seperti saat pertama kali gedung dibangun, tetapi telah dikemas modern dan terjaga kebersihannya. Penikmat teh sekaligus pemilik Semasa Cafe + Shop Hutomo Joe mengatakan, tegel yang dipakai juga masih seperti awal gedung ini berdiri, berdesain klasik nan unik.

Bersama rekannya Gunawan, Joe menuturkan bahwa kafe miliknya itu baru dibuka setahun lebih. Semula, tak terpikir bagi Joe untuk mendirikan sebuah kafe mungil.

“Awalnya, kami adalah komunitas Semasa di Kota Tua. Kami mengadakan bazar pertama kali di Kantor Pos Kota pada Desember 2014. Jujur respons masyarakat kala itu belum banyak, mungkin karena banyak orang masih enggan datang karena lingkungan Kota Tua yang belum nyaman, dan masih berantakan,” tutur Joe.

Pengembang Kota Tua kemudian mengajak untuk membantu menata kembali kawasan ini. Ajakan ini disambut baik Joe dan rekannya dengan membuat kolaborasi antara Semasa di Kota Tua dan Jakarta Good Guide. Ini adalah perkumpulan yang memperkenalkan sisi historis Jakarta dengan cara tur berjalan kaki. Kolaborasi dimulai dari Februari 2015 hingga sekarang.

”Tujuan kolaborasi ini adalah mencari cara atraktif membawa orang-orang mengunjungi kawasan Kota Tua. Harapannya, mereka bisa mengeksplorasi lebih luas,” paparnya. Ide lain pun muncul, yaitu mencari tempat yang dapat digunakan untuk aktivitas komunitas Semasa di Kota dan Jakarta Good Guide, berupa bazar disertai walking tour. “Akhirnya kami mendapat kesempatan untuk membuka Semasa Kafe + Shop di Gedung OLVEH ini pada 21 Januari 2017,” ujar Joe.

Budaya minum teh

Semasa Kafe +Shop buka setiap hari pukul 11.00–18.00 WIB. Para pengunjung kafe bisa menikmati sajian aneka teh, kopi, dan kue kecil. Namun, berbeda dari kebanyakan kafe, di sini justru teh yang lebih dominan. Maklum sebagai penikmat teh, Joe ingin memperkenalkan lebih dekat budaya minum teh kepada para pengunjung kafenya.

“Teh di sini saya pakai teh asal China, Taiwan, Srilanka, India, Jepang, dan Indonesia. Kalau teh dari Indonesia, meski variannya banyak, saat ini saya baru ambil dari daerah Jawa dan Sumatera. Tak disangka, banyak orang yang datang ke sini sekarang justru karena ingin menikmati racikan teh kami,” terang Joe.

Foto-foto : Iklan Kompas/E. Siagian.

Sementara itu, untuk racikan kopi, Joe memakai bahan kopi dari Papua, Aceh, Flores, Mandailing, Toraja, Jawa, dan Bali. Pengunjung dapat memilih kopi favoritnya untuk siap diracik di tempat.

Atmosfer tenang dan bernuansa klasik, kental terasa ketika berada di Semasa Kafe + Shop. Meski ruangan tak terlalu luas, pengunjung tetap bisa merasa nyaman menikmati minuman dan kue kecil sambil bersantai membaca buku, mendengarkan lantunan musik easy listening, maupun berbincang dengan teman dan bekerja memakai laptop. Di sini, tersedia pula jualan produk kreatif lokal seperti notes dan tote bag yang telah terkurasi.

Acara rutin

Komunitas Semasa di Kota Tua bekerja sama dengan Jakarta Good Guide rutin mengadakan acara tiga bulan sekali, berupa bazar, walking tour, hiburan musik, dan sketsa. Tempatnya pun tidak melulu di Gedung OLVEH, tapi dapat berpindah-pindah di sekitar kawasan Kota Tua.

Perbedaan dengan apa yang dijual di mal, di acara ini Joe bersama Gunawan mengkurasi sendiri produk lokal handmade yang akan ditampilkan. Joe menegaskan, “Biasanya kami mengkurasi sekitar 35 produk lokal yang ingin ditampilkan di bazar. Inginnya dari peserta ada komitmen untuk menghadirkan sendiri pemiliknya agar dia dapat menjelaskan ke konsumen cara pembuatan, bahkan mendemonstrasikan langsung proses pembuatan karyanya.”

“Kini Semasa mulai banyak dikenal orang. Harapannya, saya ingin bisa membuat kafe seperti ini lagi di kawasan Kota Tua Jakarta lainnya, misalnya area Cikini. Inginnya para pengunjung semakin tahu sejarah kota Jakarta, karena banyak yang bisa dieksplorasi. Harapan lainnya, saya ingin kawasan Kota Tua ini bisa berkembang, yang dimulai dengan pembenahan agar lebih tertib dan enak untuk dikunjungi,” pungkas Joe. [AJG]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 13 April 2018.