Pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan di sejumlah tempat, apalagi di beberapa ruas jalan di Ibu Kota. Peningkatan jumlah pengguna sepeda motor dan mobil belum dapat diimbangi dengan infrastruktur yang mumpuni.
Di sisi lain, pertumbuhan otomotif nasional mampu memberikan kontribusi positif terhadap devisa negara. Oleh karena itu, industri otomotif harus didukung oleh industri komponen yang kuat, apalagi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan berlaku mulai tahun depan. Untuk menciptakan industri komponen yang kuat, industri otomotif di Tanah Air harus melakukan pelatihan sumber daya manusia dan standardisasi kualitas produk dalam negeri.
Pentingnya pengawasan atas kompetensi industri komponen di Tanah Air tersebut mengemuka saat Kompas menggelar acara Obrolan Otomotif di Jakarta, September lalu. Pada acara yang dihadiri sejumlah pengamat otomotif tersebut juga dikemukakan bahwa Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menargetkan mampu mengekspor kendaraan rakitan sebanyak 150.000 unit pada tahun ini.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum Gaikindo Sudirman MR mengungkapkan, konsolidasi industri komponen mendesak dilakukan seiring meningkatnya jumlah pelaku industri otomotif sekaligus mendukung ekspor komponen ke pasar global.
Gaya berkendara
Terlepas dari hal tersebut, bulan lalu pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi. Meski mendapat respons positif dan negatif, hal ini harus dapat diterima masyarakat, apalagi mereka yang menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transportasi sehari-hari. Mereka harus lebih cermat lagi mengalkulasi penggunaan bahan bakar kendaraannya.
Gaya berkendara menjadi salah satu kunci agar kenaikan harga BBM tidak terlalu membebankan pemilik kendaraan. Salah satu cara adalah menjadi pengendara “hijau†dan hemat, yakni dengan melakukan perencanaan matang sebelum mulai menginjak pedal gas.
Perencanaan yang dimaksud adalah memetakan rute yang hendak dilalui. Dengan cara tersebut, pengendara relatif tidak akan mengalami salah alamat atau nyasar. Dengan demikian, pemborosan bahan bakar akibat salah jalan dapat diminimalkan.
Menjaga kecepatan kendaraan tetap stabil menjadi tips selanjutnya. Perilaku tersebut, selain menghemat bahan bakar, mampu mengurangi emisi yang dapat merusak lingkungan. Yang juga tak kalah penting adalah penggunaan bahan bakar dengan oktan yang dianjurkan pabrik agar pembakaran berjalan sempurna.
Pembakaran sepurna inilah yang mampu menghasilkan tenaga besar yang dibutuhkan untuk menggerakkan komponen kendaraan. Malas melakukan servis rutin akan membuat kendaraan sulit mencapai kecepatan tertentu sehingga pengendara harus menginjak pedal gas lebih dalam. Akibatnya, semakin dalam pedal gas diinjak, bahan bakar yang keluar semakin banyak. Hal ini membuat kendaraan menjadi boros dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Konsumsi BBM dan intensitas putaran mesin juga dipengaruhi oleh seberapa sering pengendara menginjak gas secara spontan. Menjaga putaran mesin antara 2.000 hingga 3.000 rpm sering dianjurkan untuk mendapatkan kerja mesin optimal dengan penggunaan bahan bakar yang relatif minim.
Pada Indonesia International Motor Show (IIMS) 2014 yang berlangsung beberapa waktu lalu, sejumlah mobil modern telah dilengkapi fitur hemat BBM. Aktifkan fitur tersebut untuk membantu mesin bekerja maksimal dengan suplai bahan bakar yang tepat. [BYU]
noted: mengiringi pertumbuhan otomotif