Teknologi yang menyentuh sektor otomotif, utamanya terkait konsumsi bahan bakar, emisi, serta lingkungan, terus berkembang pesat. Mobil listrik (electric vehicle), salah satunya. Kendaraan minim emisi ini tak hanya berkembang di Eropa dan negara-negara maju. Sejumlah negara Asia Tenggara pun terus fokus mengembangkan kendaraan ramah lingkungan.

Thailand menjadi salah satu negara yang fokus terhadap perkembangan mobil listrik. Toyota, merek asal Jepang, menginvestasikan dana triliunan rupiah untuk memproduksi mobil listrik di Negeri Gajah Putih ini. Seperti yang diberitakan Bangkokpost, produsen otomotif ini akan mengeluarkan dana 19 miliar baht atau Rp 7 triliun lebih untuk menciptakan mobil listrik.

Nantinya, di negara ini akan diproduksi mobil listrik untuk segmen mobil penumpang, bus, dan truk. Selain itu, Thailand menjadi basis produksi global untuk mobil kompak, tanpa kecuali mobil-mobil model masa depan berteknologi hybrid electric vehicle (HEV).

Seperti diketahui, kendaraan berjenis HEV telah tersedia di Thailand sejak 8 tahun lalu dan mendapat sambutan hangat masyarakat dan pemerintah setempat. Jadi, tak perlu heran apabila negara dengan luas 513.120 kilometer persegi ini semakin kuat industri otomotifnya sehingga dikenal dengan julukan “Detroit of the East”.

Bagaimana dengan Singapura? Seperti yang dirangkum dari berbagai sumber, Negeri Singa ini juga ikut melirik kendaraan listrik. Dendrobium, julukan bagi hypercar listrik di negara tersebut, belum lama ini tengah diuji coba di ruas jalan.

Kendaraan bertenaga listrik ini dikembangkan oleh Vanda Electrics, perusahaan asal Singapura yang berfokus pada pengembangan alat transportasi berbasis mobil listrik. Selain menciptakan mobil ramah lingkungan, perusahaan ini juga mengembangkan teknologi penyimpanan baterai yang digunakan pada kendaraan.

Dukungan

Semua tentu akan berjalan mulus bila mendapat dukungan semua pihak, termasuk pemerintah yang memegang regulasi. Seperti yang dikatakan Direktur Pemasaran dan Pelayanan Purnajual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy kepada media ini, kejelasan regulasi penting karena pengembangan teknologi membutuhkan investasi besar.

Dikemukakan pula bahwa kebijakan mengarah kepada pengembangan kendaraan berfokus emisi dan konsumsi bahan bakar merupakan tindakan tepat. Pemangku kepentingan juga harus cermat dan menyiapkan berbagai hal terkait pengembangan teknologi yang semakin mutakhir.

Sementara itu, terkait jumlah penjualan mobil listrik, Honda telah menjual lebih dari 2 juta unit di seluruh dunia. Jepang menjadi negara dengan volume penjualan tertinggi sebanyak lebih dari 1,5 juta unit.

Indonesia

Indonesia, yang disebut-sebut bakal menyaingi industri otomotif Thailand sudah sepatutnya ikut ambil bagian, bahkan harus terus berinovasi menciptakan mobil-mobil yang tidak hanya aman dan nyaman, tetapi juga ramah lingkungan.

Meski terkesan agak lambat dibandingkan negara-negara tetangga, Indonesia yang sedang giat membangun infrastruktur juga ikut memperhitungkan teknologi pada kendaraan, khususnya yang berdampak pada lingkungan.

Dalam rangka memajukan industri otomotif dan menjaga lingkungan, pemerintah, pada akhir tahun ini, akan menjalankan program kendaraan beremisi rendah (low carbon emission vehicle (LCEV). Nantinya regulasi tersebut akan memayungi kendaraan berteknologi terkini, seperti hibrida, bahan bakar listrik, gas, dan hidrogen.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, berharap, regulasi itu akan mendorong tersedianya mobil rendah emisi, sehingga teknologi ini akan cepat berkembang. Indonesia juga memiliki potensi besar mengembangkan bahan bakar hidrogen lantaran sumber daya alam yang tersedia sangat mendukung.

Selain itu, Airlangga mengungkapkan, pada 2025, pemerintah akan menggenjot penjualan mobil rendah emisi sekitar 20 persen dari total produksi 2 juta unit. Dengan upaya tersebut, negara ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.

Semoga rencana-rencana tersebut dapat terealisasi dengan baik sehingga negara ini dapat menyalip Thailand sebagai negara industri otomotif terbesar di Asia Tenggara. [BYU]

Foto-foto Shutterstock.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 18 November 2017