Menjadi orangtua adalah hal paling membahagiakan dalam hidup. Tentu dalam prosesnya tak melulu berjalan mulus sesuai harapan. Pada suatu waktu, si buah hati yang biasanya berperilaku manis dan penurut tiba-tiba bisa menjadi pembangkang cilik.
Perlu diketahui ketika anak berani melawan dan cenderung membangkang, dia berarti sedang belajar menguji kemampuannya menembus batas. Hal ini adalah sebuah proses alami yang lumrah terjadi. Di sisi lain, anak belajar mencari tahu akibat jika dia berperilaku di luar kebiasaan.
Nah, bagaimana sebaiknya orangtua merespons hal tersebut? Menghadapi situasi ini memang memerlukan kiat yang tepat. Jangan spontan mengeluarkan amarah meledak-ledak, tetapi sikapi dengan hati dan kepala dingin.
Pasalnya, jika Anda tak bisa menahan emosi sehingga terlontar kata-kata kasar ataupun melakukan hukuman fisik, hal itu bisa membekas di hati anak dan dapat berdampak buruk untuk perkembangannya kelak. Sebaiknya hindari pendekatan disiplin cara otoriter, cobalah lakukan pendekatan disiplin secara asertif.
Berikut empat kiat yang dapat dicoba untuk belajar mendisiplinkan anak, disarikan dari laman Healthy Childre.
- Ada konsekuensi logis. Ketika anak berperilaku nakal di luar kebiasaannya, tegur dan berikan penjelasan secara logis. Sebagai contoh, tanpa sebab jelas anak balita Anda membuang-buang kue kesukaan yang tersimpan di stoples ke lantai. Anda dapat menegur dengan mengatakan bahwa tidak ada kue yang tersisa lagi sehingga akibatnya dia tidak bisa memakan kue.
- Mengurangi hak kesenangan anak. Ketika putra-putri Anda tidak dapat diajak bekerja sama dan cenderung melawan, Anda dapat mendisiplinkan anak dengan mengurangi haknya. Namun, bukan berarti mengurangi hak dasarnya, seperti jatah makan. Hak anak yang dikurangi adalah yang bersifat kesenangan atau hobi. Misalnya, jatah waktu menonton televisi yang tadinya dua jam sehari menjadi ditiadakan di hari tersebut.
- Menciptakan titik hukuman (time out spot). Dalam suatu waktu, anak bisa saja berperilaku tidak sopan dan sudah di luar kendali. Ketika teguran sudah tidak digubris oleh buah hati Anda, saatnya menciptakan titik hukuman. Biasanya peraturan ini dapat diimplementasikan pada anak usia 2-6 tahun. Buat titik hukuman di rumah Anda seperti di sudut ruang keluarga ataupun duduk di kursi. Beri anak Anda peringatan secara tegas bahwa kelakuannya salah sehingga perlu berada di titik hukuman dalam durasi 1-5 menit. Ketika waktu habis, ajak anak untuk tidak mengulang lagi perilaku buruk tersebut.
- Berikan empati pada anak. Terkadang, anak yang membangkang dan menantang orangtua karena dia memendam beban masalah. Sebagai orangtua, Andalah yang patut menjadi sahabat anak, mendengarkan apa yang menjadi beban.
Secara perlahan, cobalah membuka komunikasi terbuka dengan buah hati. Dengarkan cerita atau keluh kesahnya, lalu bantu berikan empati dan solusi. Berikan pula tindakan afeksi seperti merangkul dan memeluk sambil mengatakan bahwa Anda mencintai dan siap membantu mencarikan jalan keluar masalahnya. [AJG]
noted: menghadapi “pembangkang cilik”
foto: shutterstock