Suara gemuruh pesawat terbang begitu membahana. Tubuh pesawat yang melintas beberapa kali pun tampak begitu besar, seolah-olah ingin menghunjam raga. Tak merasa risih, sebagian orang justru menganggapnya menjadi sensasi tersendiri. Mereka dapat melihat pesawat terbang lebih dekat bukan pada saat berada di bandara, melainkan saat mengunjungi Candi Ijo di Yogyakarta.
Tak kalah dengan candi-candi yang kerap menjadi idola wisatawan, Candi Ijo memiliki karakter tersendiri. Candi yang dibangun sekitar abad ke-8 hingga abad ke-10 ini terletak di Desa Sumber Rejo, Prambanan, Kabupaten Sleman, atau 4 kilometer arah tenggara dari Candi Ratu Boko.
Awalnya, Candi Ijo menjadi tempat sembahyang para pemeluk Hindu dan mereka percaya bahwa tempat yang tinggi adalah tempat yang dekat dengan Tuhan. Alhasil, candi didirikan di Gumuk Ijo atau Bukit Hijau sebagai tempat tertinggi di Yogyakarta. Wajar saja jika kini landasan Bandara Adisutjipto tak dapat diperpanjang ke arah timur.
Terdapat 17 struktur bangunan yang terletak pada 11 teras berundak. Karena berada di tempat tinggi, pengunjung dapat leluasa menikmati keindahan bangunan candi dan pemandangan alam di bagian bawah yang memperlihatkan teras-teras seperti di daerah pertanian dengan kemiringan yang curam.
Kawasan Candi Ijo bukan termasuk zona yang subur, tetapi pemandangan alam di sekitar candi cukup menenangkan jiwa. Candi ini menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang telah dipugar Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta dan menjadi materi Pameran Cagar Budaya di Keraton Kasultanan Yogyakarta. [*/GPW]
noted: menggapai langit di candi ijo
foto: shutterstock