Hadirnya museum satwa tak cukup hanya untuk dikagumi, tetapi juga layak dijadikan sarana edukasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal beragam binatang liar dan keunikan yang ada di penjuru dunia. Hal ini bisa seperti yang bisa dilihat di Rahmat International Wildlife Museum & Gallery di Medan, Sumatera Utara.
Museum ini mengajak pengunjung dapat lebih mengenal keanekaragaman satwa yang ada di berbagai negara. Dengan demikian, masyarakat diharapkan dapat semakin peduli dan terpanggil untuk menjaga kelestarian satwa dan lingkungan hidup.
Pada dunia pendidikan, museum yang diresmikan pada 14 Mei 1999 ini layak dijadikan sumber pengetahuan bagi siswa maupun masyarakat luas tentang pentingnya konservasi alam, di antaranya melalui peragaan satwa. Selain itu, pengenalan lingkungan dan satwa liar diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap flora dan fauna sejak dini.
Galeri yang telah menerima sejumlah penghargaan di bidang konservasi dan pencegahan satwa liar dari kepunahan ini, juga menjalankan penyuluhan mengenai pelestarian sumber daya alam secara berkesinambungan. Tak berlebihan apabila museum ini juga masuk ke daftar Book of Record.
Tak kurang dari 2.000 spesies memenuhi museum berlantai 3 tersebut. Di lantai 1, pengunjung bisa melihat sejumlah satwa langka yang telah diawetkan, termasuk penjelasan detail tentang asal dan jenis hewan tersebut. Di Bear Room, misalnya, kita bisa melihat berbagai jenis beruang yang seolah sedang berada di hamparan salju bersama kawanannya.
Sementara itu, pengunjung yang ingin melihat lebih jauh tentang satwa besar dari Afrika, dapat menuju ruang African Big Five yang menampilkan gajah, singa, banteng, cheetah, dan badak putih. Masih banyak lagi konsep ruangan dihadirkan berdasarkan klasifikasi hewan. Menariknya lagi, dengan sistem suara mumpuni, pengunjung seolah diajak untuk menjelajahi hutan belantara dengan suara burung dan binatang terdengar begitu nyata.
Sensasi
Ruangan Night Safari menjadi salah satu area yang memiliki sensasi tersendiri bagi orang yang memasukinya. Masuk ke ruangan ini, pengunjung disambut tatapan tajam seekor harimau yang telah diawetkan. Adrenalin pun semakin terpacu ketika suara auman raja hutan menggema melalui sistem suara yang tertata apik. Tata cahaya yang terbilang remang-remang dan didesain sedemikian rupa semakin membuat suasana begitu “hidup”.
Selain mempelajari satwa-satwa, kita pun bisa melihat koleksi foto petualangan Rahmat Shah, sang pemilik museum, ketika bertualang ke sejumlah benua untuk mengamati satwa liar. Dinding dan area pembatas ruangan juga dipenuhi dengan pernak-pernik dan koleksi hewan berasal dari berbagai negara.
Mereka yang ingin melihat serangga, kupu-kupu, serta sejumlah rangka atau tulang dari satwa liar, dapat menuju lantai 2. Serangga-serangga tersebut terbingkai rapi pada sebuah kaca, baik yang ditempatkan di dinding maupun di meja dan lemari. Bagi yang ingin membeli cendera mata atau berfoto, terdapat ruangan khusus untuk pengunjung.
Sedangkan di lantai 3, yang merupakan ruang serbaguna, pengunjung bisa melihat koleksi unik lainnya seperti foto-foto dan benda-benda pribadi orang ternama di dunia. Selain itu, terdapat piringan hitam dan beberapa jersey pesepak bola dunia.
Andy, salah seorang pengunjung museum, merasa terkesima dengan koleksi yang terdapat di museum ini. “Dengan berkunjung ke tempat ini, kita bisa mengetahui berbagai jenis satwa liar, tak hanya binatang di Asia, tetapi juga benua lainnya. Tentu ini dapat mencerahkan masyarakat betapa pentingnya kita dalam melestarikan satwa-satwa dan habitatnya,” ujar wisatawan asal Jakarta itu. [BYU]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 19 Oktober 2017