Manusia adalah makluk sosial. Terkait hal itu, dibutuhkan kemampuan berbahasa sehingga seseorang dapat mengekspresikan gagasan dan pendapatnya kepada orang lain.

Setiap orangtua perlu membimbing anak sejak kecil agar kemampuan bahasa mereka terus berkembang baik. Kelak nantinya tak hanya membantu mereka bisa bersosialisasi, tetapi juga membantu mereka menyelesaikan tugas sekolah ataupun karya ilmiah dengan struktur bahasa baik dan benar.

Sejatinya, setiap manusia telah diberikan kemampuan mengenal bermacam-macam bahasa. Namun, yang utama adalah tetap bahasa yang dikenalkan sebagai kebutuhan berkomunikasi sehari-hari alias bahasa ibu.

Pada kenyataannya, banyak orangtua justru membuat anak merasa bingung berbahasa. Ketika anak belum lancar berbicara, orangtua sudah memperkenalkannya dengan bahasa lain. Karena ketidakkonsistenan dalam memakai jenis bahasa itu, anak jadi mengalami kebingungan berbahasa dan akhirnya kemampuan berbahasanya terhambat.

Padahal, menilik perkembangan dasar kemampuan berbicara anak yang normal, paling tidak pada usia 2-5 tahun, anak akan mulai mempunyai banyak perbendaraan kata . Boleh jadi, orangtua bisa dibuat terkejut dengan celoteh si kecil yang semakin meningkat, dilengkapi kosakata baru.

Liesta Febrita Sari (29), guru Bahasa Indonesia di Tunas Muda International School Meruya, Jakarta, mengatakan, sebenarnya penting agar bahasa ibu diajarkan sejak dini. Untuk keluarga Indonesia, akan bermanfaat bila anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia lebih dulu. Dari sana, akan terbentuk kebiasaan positif sehingga anak memahami bahasa Indonesia dan tahu kapan waktunya memakai bahasa formal dan nonformal.

Kreatif

Caranya bisa beragam dan menyenangkan. Liesta memberikan contoh, orangtua dapat membentuk kebiasaan khusus bersama keluarga, seperti sebulan sekali mengajak anak-anak pergi ke toko buku. Di sana anak bebas mencari buku bacaannya, tentu dengan bimbingan dari orangtua.

“Tidak masalah jika anak memilih komik. Nanti di lain waktu bisa diarahkan untuk menambah variasi buku lainnya. Dari cara anak memilih buku favoritnya, lama-kelamaan orangtua akan mengetahui minat anak, apalagi dengan sering mengajak berdiskusi soal bacaannya,” ujar Liesta.

Hal menarik lain yang bisa diterapkan orangtua ialah dengan mengajak anak yang sudah bisa membaca untuk rajin membaca berita di koran. Berita di koran umumnya berstruktur bahasa Indonesia yang baik sehingga anak dapat menyerap informasi aktual sekaligus menambah perbendaharaan kata.

Peran orangtua dalam mengasah kemampuan berbahasa seorang anak bisa diterapkan pula dalam obrolan sehari-hari. Ketika ayah dan ibu mendengar, ada kata yang salah dan tidak pas maknanya diucapkan anak , sebaiknya langsung dikoreksi. Kelak, hal ini berguna untuk anak, agar dia bisa menyampaikan pendapat dengan pemakaian kata yang tepat.

Liesta menambahkan lagi, akan bermanfaat apabila anak juga dikenalkan dan dilatih membaca karya sastra Indonesia. “Anak-anak jadi lebih menghargai budaya Indonesia, membantunya meningkatkan kepekaan sosial, dan membantunya untuk berimajinasi mengenai latar belakang situasi tertentu yang mungkin saja jauh sebelum mereka lahir,” tandasnya.

Beberapa orangtua juga berbagi pengalaman tentang cara kreatif untuk mengasah keterampilan berbahasa anak lewat akun twitter Kompas Klasika dengan tagar KicauKeluarga.

Cara yang dipilih pemilik akun @dewagdesatrya adalah dengan jalan-jalan ke tempat yang sedang jadi “trending topic” anak, misalnya stasiun, palang pintu rel kereta.

Jalan-jalan juga menjadi pilihan @pietstop_files ketika melatih keterampilan berbahasa anaknya. Dia mengenalkan anak ke lingkungan berbeda seperti ke penangkaran rusa, tambah perbendaharaan kata “penangkaran”.

Sementara @ajenk_ayu mempraktikkan cara dengan selalu mengajukan pertanyaan pada buah hatinya. Pertanyaan tersebut tentang hal-hal kecil maupun setelah pulang dari bepergian. Hal apa yang dilakukan, bersama siapa, dan lain-lain. [AJG]

foto: shutterstock