Pak Joko adalah tetangga mereka yang dahulu berprofesi guru Matematika. Untuk mengisi hari tua, Pak Joko membuka kursus Matematika dengan biaya sukarela. Namun, sudah seminggu ini, Pak Joko meliburkan kelas karena beliau jatuh sakit.
Bilal dan Daniel sangat khawatir dengan kondisi Pak Joko. “Kira-kira Pak Joko sakit apa ya?” kata Daniel saat mereka akan menuju lapangan.
“Entahlah, Daniel. Aku sudah rindu sekali untuk belajar bersama Pak Joko. Apa Mas Dodit ada di rumah, ya? Mas Dodit kan bekerja di Jakarta,” timpal Bilal.
“Iya, benar juga. Bagaimana kalau kita jenguk saja besok?” kata Daniel.
“Hmm, benar juga. Bagaimana kalau kita patungan untuk membeli buah segar sebagai bingkisan untuk Pak Joko? Biasanya bunda selalu membawakan buah segar saat menjenguk temannya yang sakit.”
“Boleh, boleh. Kalau begitu, besok sore kita jenguk Pak Joko, ya,” kata Daniel memastikan.
Keesokan harinya, Bilal menghampiri rumah Daniel sambil membawa sekantung buah segar. Mereka pun langsung menuju rumah Pak Joko yang berjarak tak jauh dari rumah mereka. Rumah Pak Joko terlihat sepi saat mereka tiba di sana. Tak lama, Pak Joko muncul membukakan pintu.
Pak Joko segera mempersilakan mereka masuk sambil terbatuk-batuk. Rupanya Pak Joko hanya seorang diri di rumah. Mas Dodit, anak Pak Joko, belum sempat pulang dari Jakarta untuk membawa Pak Joko berobat.
“Bagaimana kalau kami saja yang mengantar Pak Joko ke klinik, besok?” kata Bilal penuh semangat.
“Iya, Pak. Kami bisa antar Bapak ke klinik. Saya sudah beberapa kali menemani ibu berobat di klinik. Saya sudah tahu caranya, Pak,” timpal Daniel.
Meski sempat menolak, akhirnya Pak Joko menyetujui ide Bilal dan Daniel.
Setelah kegiatan pramuka di sekolah mereka masing-masing, Bilal dan Daniel langsung pulang untuk mengantar Pak Joko berobat. Dengan kendaraan umum, mereka mengantar Pak Joko ke klinik dekat rumah. Beruntung sakit batuk yang diderita Pak Joko hanya sakit batuk dan demam biasa. Dokter memberikan beberapa obat untuk dibawa pulang.
“Terima kasih, ya, Daniel, Bilal. Kalian sudah peduli dengan Bapak. Semoga Bapak segera sehat dan bisa mengajar kalian lagi,” ujar Pak Joko saat sampai di rumahnya.
Bilal dan Daniel tersenyum lebar. Mereka merasa senang dan bangga bisa membantu Pak Joko.*
Penulis: Meutia Mirzananda
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita