Tumbuh kembang anak selalu saja menjadi isu yang menarik. Salah satu yang sedang hangat dibahas di masyarakat adalah stunting atau gangguan pertumbuhan anak berupa tinggi badan lebih rendah atau lebih pendek daripada standar usianya. Stunting umumnya disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama.

Kurangnya asupan gizi ini tidak hanya dari sisi jumlah atau kuantitas, tetapi juga sisi kualitas, yaitu pemenuhan gizi yang sehat, lengkap, dan seimbang yang terdiri atas makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral). Terkait stunting, protein memegang peranan penting karena protein adalah zat gizi yang berperan membentuk sel-sel tubuh untuk menunjang pertumbuhan badan, termasuk tinggi badan.

Proses stunting ini dapat terjadi sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, periode ini disebut sebagai periode emas 1.000 hari pertama kehidupan. Jika penanganan stunting kurang optimal selama periode tersebut, anak berpotensi mengalami stunted atau gagal tumbuh. Hal ini tentunya berdampak negatif tidak hanya terhadap pertumbuhan badannya, tetapi juga perkembangan otaknya.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada balita di Indonesia sebesar 21,6 persen pada tahun 2022. Angka ini mengalami penurunan sebesar 2,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

Dalam upaya menurunkan tingkat stunting, penting bagi kita untuk memahami penyebab stunting dan cara-cara untuk mengurangi risikonya. Simak pembahasan selengkapnya di sini.

Penyebab stunting

Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada anak.

Kurangnya asupan gizi

Kurangnya asupan gizi tidak hanya dari sisi jumlah atau kuantitas, tetapi juga sisi kualitas, yaitu pemenuhan gizi yang sehat, lengkap, dan seimbang yang terdiri atas makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral). 

Terkait stunting, protein memegang peranan penting karena protein adalah zat gizi yang berperan membentuk sel-sel tubuh untuk menunjang pertumbuhan badan, termasuk tinggi badan.

Pola makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi

Pola makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi terjadi ketika anak mengonsumsi makanan yang tidak memberikan nutrisi yang cukup atau tidak seimbang. 

Misalnya, makanan yang tinggi lemak jenuh, gula, dan rendah serat, serta kurangnya konsumsi sayuran, buah-buahan, dan sumber protein. Pola makan yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berkontribusi pada stunting.

Selain itu, pola makan yang tidak seimbang ternyata juga dapat mengakibatkan kelebihan asupan makanan yang tidak sehat, seperti makanan tinggi lemak jenuh dan gula, namun rendah akan nutrisi. Hal ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas pada anak, yang juga dapat berkontribusi pada masalah pertumbuhan.

Lingkungan dan pelayanan kesehatan yang tidak mendukung

Faktor lingkungan yang tidak mendukung meliputi kondisi lingkungan fisik, biologi, dan sosial di sekitar anak. 

Misalnya, kebersihan lingkungan yang buruk, sanitasi yang tidak memadai, dan akses terbatas terhadap air bersih dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit pada anak. Infeksi yang berulang dapat mengganggu penyerapan nutrisi dan menghambat pertumbuhan anak. 

Selain itu, faktor lingkungan sosial seperti kemiskinan dan rendahnya pendidikan juga dapat mempengaruhi akses terhadap makanan bergizi dan pelayanan kesehatan yang memadai.

Pelayanan kesehatan yang tidak mendukung juga dapat berkontribusi pada stunting. Aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan yang buruk, terutama pelayanan gizi, pemeriksaan kesehatan rutin, dan intervensi dini terhadap masalah gizi, dapat menghambat deteksi dini dan penanganan masalah gizi pada anak. Kurangnya pemantauan dan intervensi yang tepat dapat memperburuk kondisi stunting.

Cara mencegah stunting

Proses stunting ini dapat terjadi sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Oleh karena itu, periode ini disebut sebagai periode emas 1.000 hari pertama kehidupan. 

Jika penanganan stunting kurang optimal selama periode tersebut, anak berpotensi mengalami stunted atau gagal tumbuh. Hal ini tentunya berdampak negatif tidak hanya terhadap pertumbuhan badannya, tetapi juga perkembangan otaknya.

Untuk mencegah stunting, kita dapat melakukan beberapa hal berikut ini.

Pastikan ibu hamil cukup nutrisi

Memastikan kecukupan nutrisi bagi ibu hamil dan menyusui sejak memasuki usia remaja.

Ibu adalah sumber utama nutrisi bagi janin yang berada dalam kandungannya. Oleh karena itu, penting bagi perempuan, terutama sejak usia remaja, untuk memastikan kecukupan nutrisi bagi dirinya dan janinnya.

Pastikan kecukupan nutrisi bagi balita

Setelah bayi lahir, berikanlah ASI saja (ASI eksklusif) hingga berusia 6 bulan. Setelah 6 bulan, lanjutkanlah pemberian ASI hingga usia 2 tahun jika memungkinkan, disertai makanan pendamping ASI (MPASI) yang sesuai tahapan usianya. Jika ibu atau bayi terkendala dalam hal ASI, segeralah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terlatih atau dokter agar ibu mendapatkan informasi yang benar dan tepat.

Gizi lengkap dan seimbang

Setelah memasuki usia 1 tahun, anak bisa mulai mengonsumsi makanan keluarga atau biasa disebut makanan rumahan. Namun, yang harus tetap diperhatikan adalah pastikan makanan keluarga atau rumah tangga tersebut mengandung gizi yang sehat, lengkap, dan seimbang. Pastikan juga anak mendapatkan asupan protein dengan kandungan asam amino yang relatif lengkap.

Secara umum, protein hewani (protein yang bersumber dari hewan), mengandung asam amino yang relatif lengkap dibandingkan terhadap protein nabati (protein yang bersumber dari tanaman atau tumbuhan). Harus diingat juga, tidak semua protein hewani bernilai sama, karena sebagian protein hewani lebih mudah dicerna dan diserap dibandingkan protein hewani lainnya.

Beberapa protein hewani yang mengandung nilai kualitas ketercernaan (digestible indispensable amino acid score-DIAAS) lebih tinggi adalah telur dan susu. Selain lebih mudah dicerna, telur dan susu pun mudah diperoleh dengan harga relatif terjangkau, sehingga layak dipertimbangkan sebagai asupan gizi sehari-hari sebagai upaya mencegah stunting pada anak.

Menjaga kebersihan dan kesehatan

Tak bisa dimungkiri jika kebersihan dan kesehatan merupakan salah satu prasyarat utama dalam mencegah stunting. Walau kecukupan nutrisi ibu dan balita terpenuhi dengan baik, tentunya tidak akan optimal bila kebersihan dan kesehatan tidak terjaga. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan adalah perilaku hidup bersih dan sehat, akses air bersih, akses kesehatan, dan tidak lupa sanitasi lingkungan.

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, diharapkan dapat membantu mencegah stunting pada anak dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan mereka berjalan dengan baik.