Padahal, Ahmad ingin sekali berwisata ke Grojogan Sewu di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, yang terletak tidak begitu jauh dari rumahnya.
“Loh, kenapa anak Ayah? Kok, pagi-pagi sudah cemberut?” tanya Ayah sambil mengusap-usap kepala Ahmad.
“Aku bosan, Ayah! Aku ingin melihat kera-kera di Grojogan Sewu seperti biasanya,” jawab Ahmad.
“Sabar, Ahmad. Dalam situasi sekarang ini, kita kan dilarang bepergian ke mana-mana,” kata Ayah.
Ahmad lalu termenung memandang keluar jendela rumah. Tadi malam memang sempat hujan lebat, jadi jendela sedikit berembun pagi ini.
Ayah yang melihat Ahmad tampak jenuh lalu mencoba mencari cara supaya Ahmad bisa merasa senang meskipun berada di rumah saja.
“Bagaimana kalau kita ke kebun belakang rumah?” ujar Ayah kemudian sambil menepuk pundak Ahmad.
Ayah lalu mengambil peralatan kebun dan mengajak Ahmad menuju ke kebun belakang rumah. Awalnya Ahmad bingung dan malas, tetapi ia tetap mengikuti Ayah.
Tanah di kebun belakang masih basah, membuat Ayah menjadi mudah membersihkan lahan dan menebang pohon-pohon pisang yang sudah tak berbuah.
“Nah, sekarang kita tinggal menaman bonggol pisang ini secara terbalik,” kata Ayah.
“Kenapa harus terbalik, Ayah?” tanya Ahmad yang mulai tertarik dengan kegiatan Ayah itu.
“Supaya pohon pisang ini cepat berbuah dan pohonnya pendek-pendek. Sehingga kalau sudah berbuah, mudah diambil pisangnya,” jawab Ayah sambil tersenyum.
Ahmad pun tergerak membantu Ayah membuat lubang-lubang di tanah. Kemudian Ahmad juga ikut menanam bonggol-bonggol pisang di tanah, mengikuti cara yang dilakukan ayahnya.
Dan, tak berapa lama, selesailah kegiatan penanaman pohon pisang. Ahmad merasa senang melihat hasilnya, tanaman pohon pisang berjejer rapi.
“Bagaimana Ahmad, menyenangkan bukan?” tanya Ayah.
“Iya, Ayah. Aku senang. Besok kita menanam lagi, ya?” antusias Ahmad.
“Boleh, besok kita bisa menanam jenis-jenis tanaman lainnya. Bisa tanaman sayur-mayur, buah-buahan, ataupun empon-empon. Selagi lahannya masih cukup untuk bisa ditanami,” jawab Ayah.
Kemudian Ahmad berkata lagi, “Ayah, jika nanti pohon-pohon pisang yang kita tanam ini berbuah, aku akan memberikan beberapa buah pisang untuk kera-kera di Grojogan Sewu, ya, Ayah?”
Dengan senyuman khas Ayah mengangguk. “Tentu saja boleh Ahmad. Tapi, nanti kalau pandemi Covid-19 ini sudah berlalu dan kita semua sudah boleh beraktivitas di luar rumah.”
Ahmad merasa gembira. Ia lalu membayangkan, kera-kera di Grojogan Sewu berebut buah pisang hasil menanam Ahmad bersama Ayahnya.*
Penulis: Eti Mubarokah
Pendongeng: Kak Resha (IG: @kakresha)
Ilustrasi: Regina Primalita