Di sebuah rumah di Indragiri Hilir, Riau, siang itu, Fahmi baru pulang bermain dari rumah Jeri, temannya.

“Dari mana saja, Nak?” ujar ayahnya.

“Fahmi habis dari rumah Jeri, Ayah. Kami bermain kapal-kapalan. Keren, Yah, mainan kapal-kapalan Jeri bisa berjalan sendiri di atas air hanya menggunakan remote control. Aku juga mau, Yah, punya mainan kapal-kapalan seperti itu,” tanggap Fahmi.

Ayah menatap Fahmi tersenyum. “Harganya mahal, Nak. Ayah tidak cukup uang untuk membeli mainan kapal remote control.”

Namun, ayahnya berkata lagi, “Bagaimana kalau Ayah buatkan kamu kapal-kapalan dari eceng gondok. Di sungai belakang rumah kan banyak eceng gondok tumbuh.”

“Wah, benarkah, Ayah? Eceng gondok bisa dibuat menjadi mainan kapal-kapalan?” Fahmi penasaran.

“Iya, nanti sore kita buat ya.”

“Yeaa, asyik. Mau Ayah, Fahmi mau,” ucapnya kegirangan.

Saat sore hari tiba, Ayah membawa tumpukan eceng gondok yang baru saja diambil dari Sungai Indragiri Hilir di belakang rumah Fahmi. “Ayo, Fahmi, bantu Ayah membersihkan eceng gondok ini dari lumpur.”

Lalu, mulailah Ayah dan Fahmi membersihkannya eceng gondok dari lumpur. Kemudian, Ayah memisahkan daun dari batangnya. Ukuran batang yang diambil adalah batang eceng gondok yang panjang.

Setelah tumpukan eceng gondok bersih, Ayah lalu mengambil beberapa bilah sapu lidi, dan pisau. Setelah itu, Ayah mulai menusuk eceng gondok di setiap ujungnya, juga bagian tengahnya. Eceng gondok ditusuk rata sebagai bagian lantai kapal-kapalan.

Ayah lalu menancapkan sapu lidi secara berdiri dan disusun pula eceng gondok untuk bagian dinding pada kapal-kapalan. Tak lupa Ayah memasang satu daunnya untuk dijadikan bendera kapal. Sisa batang eceng gondok yang tak terpakai, Ayah jadikan bahan menghias kapal-kapalan. Akhirnya, jadilah kapal-kapalan dari eceng gondok!

Setelah memberikan contoh, Ayah lalu meminta Fahmi membuat kapal-kapalannya sendiri. “Ayo, Fahmi, sekarang, kamu coba membuatnya! Ikuti yang Ayah contohkan tadi, ya.”

Fahmi pun mencoba membuat kapal-kapalan dari bahan eceng gondok. Ayahnya yang memberikan instruksi. Apabila Fahmi kesulitan, ayahnya turut membantu. Tak berapa lama jadilah kapal-kapalan eceng gondok buatan Fahmi!

Betapa bahagianya hati Fahmi. Dia kemudian pergi ke sungai dan memainkan kapal-kapalannya dari eceng gondok itu. Kapal-kapalan itu ia hanyutkan di sungai tanpa bantuan alat apa pun, tetapi bisa berjalan sendiri karena ditiup angin ataupun terbawa arus air.

Fahmi bermain dengan riang. Ternyata, untuk bermain kapal-kapalan, tak harus selalu dengan mainan mahal, tetapi bisa juga dengan bahan yang murah asalkan kita kreatif. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Riska Widiana
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita