Di suatu pagi yang cerah, anak-anak kelas IV di sebuah sekolah dasar negeri di Jepara, Jawa Tengah, sedang berolahraga di lapangan desa. Di sana, dengan dipandu Bu Lia, sang guru olahraga, mereka melakukan senam bersama.

“Anak-anak, sekarang, kita rentangkan tangan, lalu tangkupkan tangan ke depan dada. Selesai…,” ujar Bu Lia lalu mematikan lagu senam yang disetelnya.

Anak-anak lalu membubarkan diri. Kiko, salah satu siswa yang sedari tadi merasa kehausan langsung mengambil botol minuman kemasan yang ia taruh di bawah pohon samping  lapangan. Ia langsung meminumnya sampai habis, lalu membuang botol minuman kemasan itu begitu saja.

“Kiko, jangan buang sampah sembarangan,” tegur Dito.

Biarin. Toh, cuma satu sampah.”

“Tapi, tetap saja itu tidak baik,” ujar Dito.

“Tapi, di sini, tak ada tempat sampah,” ujar Kiko.

“Kan, kamu bisa membawanya dahulu untuk nanti dibuang di tempat sampah sekolah,” ujar Dito lagi. Tapi, Kiko tetap tak mau mendengarkan.

“Apa yang dikatakan Dito benar Kiko. Kita tak boleh membuang sampah sembarangan,’ tiba-tiba Bu Lia datang.

“Tapi, Bu…”

“Meskipun itu hanya satu sampah, kita tetap tidak boleh membuangnya sembarangan. Bayangkan jika ada orang yang seperti Kiko itu, ada sepuluh orang. Meskipun mereka hanya membuang satu sampah saja, jika ditotal, kini sudah ada sepuluh sampah yang berserakan. Bagaimana menurut Kiko jika seperti itu?”

“Lingkungan pasti kotor dan pemandangan jadi tak enak dilihat, Bu,” jawab Kiko.

“Betul. Selain itu, sampah yang berserakan juga bisa menimbulkan bau tak sedap dan mengundang banyak lalat. Kiko nyaman seperti itu?”

Kiko menggeleng.

“Apalagi jika hujan turun, sampah-sampah itu pasti akan terbawa air hujan dan menghambat laju air. Jika semakin banyak orang  yang membuang sampah sembarangan, air hujan tidak bisa mengalir lancar dan menyebabkan banjir,” jelas Bu Lia.

“Oleh karena itu, meski sepele, membuang satu sampah ke tempat yang semestinya, merupakan kebaikan kecil yang dapat berdampak baik bagi kesehatan diri dan kesehatan lingkungan,” lanjut Bu Lia.

“Iya, Bu, Kiko mengerti,” ujar Kiko lalu memungut sampah yang tadi dibuangnya.

“Bagus, Kiko memang anak baik,” puji Bu Lia lalu meninggalkan Kiko.

“Kiko, sampahmu taruh di sini saja! Kita satukan sama sampah anak-anak yang lain. Nanti kita buang sampah-sampah ini di tempat sampah sekolah,” ujar Dito sambil membawa kantong plastik yang tak terpakai.

“Wah, ide bagus. Tapi, lebih bagus lagi kalau di lapangan ini ada tempat sampahnya. Jadi, kita bisa langsung membuangnya tanpa harus membawanya ke mana-mana dulu,” ujar Kiko.

“Ya, nanti kita usul sama Bu Guru,” ujar Dito sambil mengacungkan jempol. *

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur

Penulis: Salsabila Zahratusysyita

Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)