Pagi itu, mereka terbang lalu-lalang dari satu ranting ke ranting pohon lain. “Langlang, aku lapar. Kita cari makanan dahulu, yuk,” kata Lawa.
“Aku juga lapar, Lawa. Ayo,” kata Langlang.
Setelah beberapa lama mencari makanan, Lawa kembali ke ranting pohon tempat semula mereka bermain. “Yaah, aku hanya dapat makanan sedikit. Aku masih sangat lapar,” gumamnya. “Krucuk…krucuuk….” begitu bunyi perut Lawa.
Langlang kemudian datang membawa ikan segar yang siap santap. Lawa pun mendekat. “Langlang, aku tadi hanya dapat makanan sedikit. Dan, aku masih sangat lapar. Boleh aku minta makananmu?” pinta Lawa.
Langlang yang tidak tega melihat temannya masih kelaparan, lalu memberikan setengah makanannya kepada Lawa. “Boleh, Lawa, ini setengah buat kamu. Kita bagi dua, ya. Semoga kamu bisa kenyang.”
Keesokan harinya, mereka berdua bermain-main lagi dan kemudian mencari makan lagi. Kali ini, giliran Lawa yang mendapatkan makanan cukup banyak. Sementara itu, Langlang hanya mendapat sedikit makanan sehingga dia masih lapar. Perutnya pun berbunyi “Krucuk…krucuuk…”
“Lawa, hari ini, kamu yang mendapat makanan banyak. Boleh aku minta karena aku masih lapar?” pinta Langlang.
“Boleh, ini buat kamu,” kata Lawa. Lawa memberikan sedikit saja makanannya kepada Langlang.
“Lho, kok, kamu hanya memberiku sedikit? Kemarin, kan, aku memberimu setengah dari makananku?”
“Iya, karena hari ini aku juga sangat lapar. Nanti kalau aku berikan setengahnya kepadamu, aku tidak akan kenyang,” sahut Lawa.
Langlang pun cemberut dan merasa bahwa Lawa tidak adil. Lalu, Langlang merebut makanan Lawa dan akhirnya mereka saling berebutan makanan.
Dari arah Timur, Ibu Langlang datang menghampiri mereka, “Hei, kalian jangan rebutan makanan!”
“Ini Bu, Lawa tidak adil. Kemarin aku memberinya setengah dari makananku. Tetapi, hari ini aku hanya diberi sedikit,” Langlang mengadu ke ibunya.
“Iya, karena hari ini aku sangat lapar. Kalau aku berikan setengah, aku pasti tidak akan kenyang,” kata Lawa membela diri.
“Langlang, Lawa, tidak baik seperti itu. Untuk anak ibu, Langlang, memberi dan menolong orang lain tidak boleh pamrih. Tidak boleh mengungkit pemberian dan meminta balasan. Untuk Lawa, tidak baik bersikap rakus. Berbagilah kepada sesama yang membutuhkan. Dengan begitu, kita semua akan hidup damai,” kata Ibu Langlang bijak.
Lawa dan Langlang lalu saling meminta maaf. Mereka berdua kini gemar memberi dan menolong satu sama lain tanpa pamrih.*
Penulis: Nita Puji
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita