Pamannya bekerja sebagai petani. Edo ingin sekali bermain di sawah. Maklum, Edo yang sekarang kelas V SD, selama ini tinggal di Jakarta yang padat gedung bertingkat.
“Wah, kamu sudah besar, ya, Edo,” kata Paman Aryo saat Edo dan Ayahnya tiba. Edo tersenyum. Rumah pamannya sederhana, tetapi bersih dan rapi.
Keesokan harinya, Edo diajak pamannya ke sawah. Edo melihat pamannya membawa dua ekor kerbau.
“Kerbau ini ikut ke sawah, Paman?” tanya Edo.
“Iya, Edo. Kerbau ini akan membantu paman untuk membajak sawah,” jelas Paman.
“Membajak sawah itu apa, Paman?” Edo penasaran.
“Kegiatan mengolah tanah di sawah dengan cara membolak-balikkan tanah supaya tanah menjadi gembur dan mudah untuk ditanami. Pembajakan sawah dilakukan sebelum masa menanam padi.”
“Edo boleh ikut ya, Paman?” pinta Edo.
“Tentu,” kata Paman.
Mereka berdua pergi menuju sawah. Sepanjang perjalanan, Edo takjub melihat kerbau sungguhan di depannya.
Tiba di sawah, Paman memasang alat pembajak pada leher kedua kerbau yang menyambung dengan kayu ke belakang yang dipegang pembajak sawah. Ujung kayu itulah yang berfungsi untuk mengaduk tanah. Paman berjalan memegang kayu di belakang. Edo duduk di atas kayu di depan Paman.
Paman dengan teliti melewati tiap jengkal tanah yang ada. Sesekali paman mencambuk kerbau itu dan berteriak, “Heerr…ckck….herr….”. Itu untuk memberikan isyarat kepada kerbau-kerbau agar berbelok atau lebih cepat menyelesaikan pekerjaan.
Paman lalu berkata, membajak sawah dengan kerbau akan membuat lingkungan tetap lestari, menyuburkan tanah, tekstur lumpur menjadi lebih halus dan tidak tercemar oleh tumpahan bahan bakar oli. Membajak sawah dengan kerbau juga merupakan budaya bangsa Indonesia yang turun temurun dan harus tetap dilestarikan.
Paman juga berkata membajak sawah dengan kerbau dapat menjangkau lokasi persawahan yang sulit dan sempit seperti di lereng bukit. Jika terlihat capek, kerbau diistirahatkan dulu, diberi makan agar tenaganya pulih kembali.
“Terima kasih Paman. Edo senang sekali membajak sawah bersama paman dan kerbau-kerbau ini,” kata Edo
“Sama-sama, Edo. Besok kita bisa membajak sawah lainnya lagi ya. Sekarang kita pulang.”
“Siap, Paman. Hari ini Edo banyak belajar tentang membajak sawah yang ternyata merupakan salah satu budaya bangsa kita sejak zaman nenek moyang ya, Paman?” kata Edo.
“Betul sekali, Edo,” tanggap Pamannya tersenyum.*
Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Fitri Kurnia Sari
Ilustrasi: Regina Primalita
Penutur: Paman Gery (@paman_gery)