Knalpot merupakan saluran untuk membuang gas sisa pembakaran sehingga memengaruhi tenaga yang dihasilkan mesin. Asal-asalan mengganti knalpot atau sekadar mengejar penampilan mobil, dapat berbuah kekecewaan. Lalu, kapan saat yang tepat mengganti knalpot?
Ada sejumlah pertimbangan agar penggantian knalpot tetap dapat menghasilkan tenaga yang besar tanpa membuat boros bahan bakar. Pertama, gunakan knalpot yang ukurannya sesuai. Ukuran pipa knalpot yang umum di pasaran adalah 3 inci, 3,5 inci, dan 4 inci. Kelebihan dan kekurangan setiap ukuran dapat ditanyakan pada teknisi yang paham benar seluk-beluk knalpot.
Ukuran pipa amat memengaruhi dorongan terhadap gas buang. Ahli knalpot dapat membantu menghitung kombinasi antara karburator, posisi mesin, dan intake manifold dengan cermat. Selain itu, header, resonator, dan muffler harus sesuai dengan ukuran pipa knalpot. Gunakan pipa knalpot yang lekukannya baik dan bulat agar sisa gas buang dapat mengalir lebih lancar.
Kedua, perhatikan setelan header dan desain pipa. Header adalah saluran buang gas hasil sisa pembakaran dari blok mesin. Pada mobil bermesin 4 silinder, terdapat 4 buah header, begitu pula dengan mesin 6 silinder yang punya 6 buah header.
Setelan header biasanya 4-2-1 atau 4-1. Setelan pertama artinya gas buang dari blok mesin disalurkan ke empat saluran, kemudian dua saluran, dan bermuara ke satu saluran. Sedangkan setelan kedua maksudnya gas sisa pembakaran dialirkan ke empat saluran dan langsung bermuara ke satu saluran.
Jika mengganti knalpot bawaan pabrik dengan produk lain, setelan, desain lubang, dan lekukan pipa harus pas. Kesesuaian ini akan mendongkrak tenaga mobil dan mencegah boros bahan bakar.
Ketiga, knalpot harus sesuai dengan jenis transmisi mobil. Jika mobil transmisinya manual, perhatikan komponen header, resonator, sampai muffler. Kemudian pastikan ukuran, sambungan, dan desain komponen tadi tepat. Sedangkan pada mobil bertransmisi otomatis, cukup mengganti header berkonfigurasi 4-2-1 dengan desain yang tepat, ditambah diameter pipa yang tidak terlalu besar. [*]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 Desember 2016
Foto: iklan Kompas/Tommy B. Utomo