Banyak orang menganggap, memakai masker kain, apa pun bahannya, lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Anggapan ini ternyata tidak tepat. Beberapa jenis kain terlalu tipis untuk mencegah droplet terhirup hidung atau keluar dari mulut/hidung ketika kita mengenakannya.
Beberapa jenis masker seperti yang berbahan scuba atau juga buff akan merenggang atau melar saat dipakai. Ini mengakibatkan permeabilitas udara menjadi tinggi atau pori-pori material menjadi lebih lebar. Hal ini akan memperbesar pula kemungkinan virus menembus pori-pori kain.
Bahkan, pada buff risiko ini kian tinggi. Hasil riset yang terbit di jurnal Science Advances pada Agustus 2020 menunjukkan, buff paling tidak efektif dalam mencegah transmisi. Alih-alih menahan droplet, bahan buff justru dapat memecah droplet menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sehingga lebih mudah terhirup atau terbawa udara.
Baca juga :
- Jangan Asal, Inilah Cara Membuang Masker Sekali Pakai
- Infografik: Ketahui Jenis Masker, Sebelum Memakainya
Bahan yang disarankan
Memilih masker kain pun harus lebih cermat. Salah satu poin penting dalam memilih masker kain adalah memperhatikan tingkat kerapatan kainnya. Makin rapat, makin mampu bahan tersebut menahan droplet. Kita dapat mengeceknya secara sederhana dengan tes cahaya.
Untuk mengetes tingkat kerapatan kain, kita dapat membidikkan cahaya senter pada kain. Apabila cahaya melewati serat kain dengan begitu mudah dan kita dapat melihat kerenggangan seratnya, bisa disimpulkan bahan tersebut kurang baik. Bahan yang tebal dengan kerapatan yang tinggi akan lebih banyak menahan cahaya. Material seperti inilah yang dinilai lebih baik sebagai bahan masker kain.
Untuk upaya pencegahan, masker kain memang lebih disarankan alih-alih masker medis. Berikut ini, bahan-bahan kain yang dinilai cukup efektif untuk digunakan sebagai masker.
1. Katun tebal
Berasal dari kapas, bahan katun cenderung aman untuk pernapasan. Namun, efektivitasnya sangat tergantung pada kerapatan benang kapas sekaligus kerapatan tenunan antarbenangnya. Pilihlah yang serat-seratnya rapat. Kamu bisa melakukan tes cahaya untuk mengetahuinya. Agar lebih efektif, CDC merekomendasikan untuk menggunakan dua lapis kain katun 100 persen, artinya kain katun tanpa bahan campuran lain.
2. Kombinasi katun dengan sifon, sutera, atau flanel
Sebagai material tunggal, katun sebenarnya sudah cukup baik. Apalagi, bahan ini mudah didapatkan. Namun, American Chemical Society (ACS) menyarankan kombinasi katun dengan bahan nonkatun untuk meningkatkan efektivitasnya. Contoh kombinasinya misalnya satu lapis katun tebal dengan dua lapis sutera atau sifon. Dapat juga satu lapis katun dengan satu lapis flanel.
3. Nilon
Menurut tes yang dilakukan perusahaan Smart Air, kain nilon tipe 70D cukup baik sebagai masker. “D” pada spesifikasi tipe nilon ini adalah singkatan dari denier, satuan ukur yang menggambarkan kepadatan material. Nilon 70D dapat menyaring 77 persen partikel besar dan 12 persen partikel kecil. Kelebihan lainnya, pengguna juga mudah bernapas dengan masker jenis ini.
Apabila merasa masker kain yang digunakan masih kurang tebal, kamu dapat juga menyelipkan paper towel atau tisu handuk pada masker kainmu. Ini dapat menambah kemampuan masker dalam menahan droplet.