Olimpiade selalu menjadi panggung terbesar bagi para atlet untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik di dunia. Tentu saja, momen yang ditunggu adalah pemecahan rekor. Tahukah kamu kalau ada rekor olimpiade yang sulit dipecahkan?

Dari sederet rekor yang terjadi, persaingan memecahkan rekor masih menjadi hal menarik. Apa saja rekor olimpiade yang dianggap sulit untuk dipecahkan?  Yuk, kita lihat apa saja rekor-rekor yang masih kokoh berdiri!

1. Rekor Usain Bolt lari 100 meter

Usain Bolt mencatatkan waktu 9,63 detik di final lari 100 meter pada Olimpiade London 2012. Ini menjadi rekor Olimpiade yang masih bertahan hingga hari ini. Dengan kecepatan dan karisma yang memukau, Bolt berhasil mempertahankan gelarnya dan membuat rekor ini masih bertahan hingga kini.

Untuk Olimpiade Paris 2024, Noah Lyles dari AS “hanya” mampu mendekati rekor tersebut dengan 9,784 detik. Namun, Lyles menargetkan akan untuk bisa memecahkan rekor yang diukur Bolt. Adapun Bolt sendiri memegang rekor lari 100 meter di luar ajang ini dengan 9,58 detik dan disebut mustahil untuk dipecahkan.

2. Lompatan terjauh Bob Beamon

Olimpiade Mexico City 1968 menjadi saksi lompatan jauh yang legendaris oleh Bob Beamon dari AS. Dengan catatan 8,90 meter, Beamon menciptakan lompatan yang seperti tak masuk akal pada zamannya.

Faktor ketinggian kota Meksiko dan kondisi angin yang menguntungkan memang membantu, tapi tetap saja, lompatan itu sungguh luar biasa. Bahkan dengan teknologi dan teknik yang terus berkembang, rekor Beamon masih menjadi salah satu yang paling sulit dipecahkan dalam sejarah atletik hingga saat ini.

3. Hegemoni Michael Phelps di kolam renang

Michael Phelps adalah ikon Olimpiade hingga saat ini. Phelps menciptakan rekor Olimpiade dengan perolehan 8 medali emas dalam satu edisi. Rekor itu tercipta pada Olimpiade Beijing 2008.

Dominasi Phelps di kolam renang tak tertandingi dan prestasi ini menjadi patokan bagi semua perenang. Meskipun banyak atlet hebat muncul setelahnya, rekor ini tetap terasa seperti puncak gunung yang sulit dicapai.

Phelps tidak hanya mengandalkan fisik luar biasa, tapi juga mentalitas juara yang membuatnya tak tergoyahkan. Bahkan, Phelps sendiri pun sudah mengumpulkan 28 medali selama keikutsertaannya di ajang pesta olahraga dunia ini.

Baca juga : Seru, Ada 5 Cabang Olahraga Baru di Olimpiade Paris 2024

4. Dominasi Florence Griffith-Joyner di lari 100 dan 200 meter (1988)

Di Olimpiade Seoul 1988, Florence Griffith-Joyner, atau Flo-Jo, mencatatkan sejarah dengan memecahkan dua rekor dunia yang masih bertahan hingga kini. Dalam final lari 100 meter, ia mencatatkan waktu 10,49 detik, dan di final lari 200 meter, ia mencatatkan waktu 21,34 detik. Gaya flamboyannya dengan rambut panjang dan kostum yang mencolok membuatnya menjadi ikon di lintasan.

Namun, pencapaiannya di nomor 100 meter diwarnai kontroversi terkait kondisi angin. Ada spekulasi bahwa alat pengukur angin mungkin tidak berfungsi dengan benar, karena catatan angin pada saat itu menunjukkan kecepatan angin 0,0 meter per detik, yang tidak biasa untuk waktu secepat itu. Jika angin sebenarnya lebih kuat dari yang tercatat, catatan waktu tersebut mungkin tidak akan disahkan sebagai rekor dunia. Namun, karena tidak ada bukti definitif tentang malfungsi alat pengukur, rekor tersebut tetap diakui.

Selain kontroversi terkait angin, Flo-Jo juga menghadapi tuduhan penggunaan doping, meskipun dia tidak pernah terbukti positif dalam tes doping resmi. Flo-Jo selalu membantah tuduhan tersebut dan mempertahankan integritas pencapaiannya. Meskipun spekulasi terus berlanjut, pencapaiannya di Seoul 1988 tetap dianggap sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah atletik.

5. Kesempurnaan Nadia Comaneci

Nadia Comaneci mencatat sejarah di Olimpiade Montreal 1976 dengan menjadi atlet pertama yang meraih skor sempurna 10 dalam cabang senam. Ia mendapatkan nilai sempurna tersebut di palang tak seimbang, yang kemudian diikuti oleh tujuh skor sempurna lainnya selama kompetisi tersebut. Penampilannya yang luar biasa dan elegan membuatnya menjadi bintang muda yang memikat dunia olahraga dan melambungkan senam artistik ke dalam sorotan global.

Namun, selain prestasinya yang memukau, ada juga kontroversi yang menyertainya. Salah satu isu adalah penggunaan teknologi penilaian yang pada saat itu belum siap menampilkan skor sempurna “10” karena tidak ada yang mengira hal itu mungkin terjadi. Alhasil, papan skor hanya menampilkan “1.00,” yang menyebabkan kebingungan sebelum akhirnya dijelaskan kepada penonton bahwa Comaneci telah mencapai kesempurnaan.

Setelah Olimpiade, sistem penilaian dalam senam mengalami perubahan signifikan. Skor sempurna “10” menjadi semakin sulit dicapai karena peraturan yang lebih ketat dan penilaian yang lebih rinci. Meskipun demikian, prestasi Nadia Comaneci tetap diingat sebagai tonggak sejarah dan menjadi inspirasi bagi generasi atlet berikutnya. Skor sempurna yang ia raih tidak hanya menggambarkan keunggulan teknik, tetapi juga ketenangan dan keanggunan seorang atlet muda di bawah tekanan luar biasa.

6. Manusia terkuat Lasha Talakhadze

Lasha Talakhadze, seorang lifter dari Georgia, mencatatkan sejarah di cabang angkat besi super berat putra (+109 kg) di Olimpiade Tokyo 2020. Talakhadze memecahkan rekor Olimpiade dan dunia dengan total angkatan luar biasa 488 kg, yang terdiri dari 223 kg di snatch dan 265 kg di clean and jerk. Prestasi ini menambah daftar panjang kesuksesannya, menjadikannya salah satu lifter paling dominan dalam sejarah.

Talakhadze telah memecahkan rekor dunia beberapa kali dalam kariernya, dan performanya di Tokyo hanya memperkuat reputasinya sebagai lifter terkuat di dunia saat ini. Keunggulannya di atas pesaing-pesaingnya sangat mencolok; selisih total angkatannya dengan medali perak mencapai lebih dari 40 kg. Dominasi ini menunjukkan kombinasi sempurna dari kekuatan fisik, teknik, dan mentalitas juara.

Namun, pencapaian luar biasa Talakhadze juga menimbulkan pertanyaan tentang batas kemampuan manusia dalam cabang angkat besi. Beberapa orang bertanya-tanya seberapa jauh rekor-rekor ini bisa ditingkatkan, mengingat batasan biologis dan fisik. Meski demikian, Lasha Talakhadze terus menetapkan standar baru di dunia angkat besi, dan rekor-rekornya menjadi tantangan bagi generasi lifter berikutnya. Akankah Lasha mampu mendekati angkatan “keramat” yaitu 500 kilogram? Kita tunggu saja.

Rekor-rekor ini bukan hanya hasil dari bakat alami, tapi juga kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan olahraga, dan dedikasi luar biasa dari para atlet. Perubahan peraturan dan kondisi kompetisi juga memainkan peran besar dalam menjaga beberapa rekor tetap bertahan. Di samping itu, kualitas generasi atlet saat ini juga sangat menentukan, apakah mereka bisa mencapai atau bahkan melampaui pencapaian para pendahulunya.