Anda pernah ke Maros? Kabupaten Maros di Provinsi Sulawesi Selatan relatif tak banyak terdengar. Namun, wilayah ini menyimpan potensi sejarah yang besar. Sebagian wilayahnya yang berupa gunung gamping (karst) menyimpan petunjuk keberadaan kehidupan manusia purba, bagaimana mereka hidup, bertahan, dan punah. Artefak peninggalan manusia purba seperti pisau batu, mata panah batu, dan alat-alat yang terbuat dari tulang, ditemukan di gua-gua karst.

Karst di Marusu atau Maros ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian karst yang membentang dari wilayah Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep). Luas rangkaian pegunungan karst mencapai 43.750 hektare dan merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah karst di Guilin, Tiongkok.

Di kawasan karst Maros-Pangkep terdapat total 286 gua dengan stalaktit, stalagmit, “flowstone”, helektit, pilar, dan sodastraw yang semuanya sangat memesona. Dari jumlah tersebut, terdapat minimal 16 situs gua prasejarah, di antaranya Leang Bulu Bettue dan Leang Timpuseng di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TNBB). Leang adalah bahasa lokal yang berarti gua.

Leang Timpuseng menyimpan warisan tak ternilai dalam khazanah peradaban manusia. Gua tersebut mengekalkan jejak manusia purba berupa lukisan tangan yang usianya mencapai hampir 40 tahun.

Tak sekadar karst

Sistem karst pun menyimpan sumber air untuk kehidupan di atasnya. Anda akan terpikat dengan ekosistem karst yang unik. Di permukaan, suatu ekosistem karst bisa jadi berupa hutan. Pemandangan ekosistem daerah karst eksotik. Sungai, air terjun, dan hutan menjadi tujuan tambahan saat Anda berkunjung ke Maros.

Sekitar 35 kilometer arah tenggara dari pusat kota Maros, terdapat Air Terjun Bonto Somba yang berbatasan dengan Kabupaten Gowa. Air terjun ini berada di kaki gunung pada ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Di sebelah timur dari pusat kota Maros terdapat kawasan hutan lindung Karaenta di Kecamatan Cenrana. Salah satu daya tariknya adalah gua sepanjang 2.200 meter yang merupakan habitat ideal bagi kera langka jenis Macaca Maura. Obyek wisata alam lainnya yang bisa Anda jelajahi adalah Pantai Kuri yang letaknya tak jauh dari pusat kota Maros.

Kuliner Maros

Jika sudah tiba di wilayah ini, cobalah coto dan konro. Kuliner khas lokal ini nikmat disantap di siang hari. Cita rasa gurih sedap dan aroma daging sapi dijamin membuat Anda ketagihan. Sementara itu, beragam jajanan bisa menjadi oleh-oleh, seperti roti maros, baruasa, bolu der, putu kacang, ataupun keripik wijen.

Tak perlu khawatir soal akses transportasi ke sana. Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin sudah berada di Kabupaten Maros.

Jadi, jika termasuk pencinta wisata alam karst dan guanya, tertarik panorama eksotik Sulawesi, tergiur dengan panganan Sulawesi Selatan, dan siap berangkat kapan saja dengan pesawat, Anda harus mencari alasan lain untuk tidak mencoba berlibur ke Maros. (Yan Syahrial/Litbang Kompas, disadur dari tulisan iPad edisi Jendela Indonesia “Maros”, 12 Januari 2013, dan pemberitaan Kompas)

noted: maros rumah manusia purba