Langit biru cerah menjadi waktu yang tepat bagi ayah dan Bimo pergi ke kebun. Kebun  yang terletak di Sangatta, Kalimantan Timur, itu dikelilingi pepohonan besar dengan beragam buah-buahan. Kebetulan, ibu menugaskan ayah dan Bimo mencari daun kelapa muda yang akan digunakan untuk membuat ketupat.

Tiba di kebun, ayah memanjat beberapa pohon kelapa dan menebas daun-daun kelapa. Sementara itu, Bimo bertugas mengumpulkan, sembari memisahkan daun kelapa yang bisa dipakai.

“Ayah, ini sudah banyak…. Mari, kita pulang!” seru Bimo dari bawah.

“Masih kurang, Bimo,” sahut ayah.

Saat istirahat, seseorang mengendarai sepeda motor bebek datang mendekat. Ternyata itu Pak Darmo, tetangga Bimo yang baru pindah dari Jawa Tengah.

“Selamat Pagi, Pak. Bolehkah saya meminta daun-daun kelapa itu?” ucap Pak Darmo.

“Pagi, Pak Darmo,” ujar ayah sambil berjabat tangan. “Bawa saja, Pak. Mau buat ketupat juga?”

“Mau saya bikin kerajinan untuk keluarga yang datang, Pak,” balas Pak Darmo.

“Kerajinan dari daun kelapa? Menarik sekali,” gumam Bimo takjub.

“Nah, Bimo bisa sekalian belajar sama Pak Darmo. Bagaimana menurut Sampean?” usul ayah bersemangat.

Pak Darmo tersenyum sembari mengangguk.

Sesampainya di rumah Pak Darmo, Bimo kagum melihat berbagai barang karya Pak Darmo. Sebelum pindah, Pak Darmo dikenal sebagai pengrajin kesenian dari bahan-bahan daun, khususnya daun kelapa. Ada topi, bakul, gelas, bahkan sandal tersusun rapi. Kemudian, Pak Darmo mengajak anak laki-laki kelas 4 SD itu ke ruang kerjanya

“Kita akan membuat apa, Pak Darmo?” tanya Bimo.

“Kita akan membuat mangkuk. Mangkuk ini menjadi barang favorit para pembeli, Nak Bimo,” tanggap Pak Darmo.

Pak Darmo lalu mengikat selonjor daun, yang terdiri atas tujuh hingga sembilan helai menggunakan seutas tali sebagai alas. Perlahan Bimo mengikuti gerakan tangan Pak Darmo. Namun, tangan Pak Darmo yang lincah membuat Bimo tertinggal jauh. Namun, dengan sabar, Pak Darmo membimbing Bimo hingga berhasil.

“Usai membuat alas, selanjutnya membuat daun-daun ini melingkar membentuk sisi mangkuk,” kata Pak Darmo.

Pada bagian ini, Bimo berhasil mengikuti Pak Darmo dalam menjalin lipatan daun itu dengan baik. Setelah beberapa lama mencoba, akhirnya mangkuk daun kelapa selesai dibuat.

“Membuat kerajinan ini ternyata tidak begitu sulit, kan, Nak Bimo. Ramah lingkungan dan bahannya mudah ditemukan dari alam,” kata Pak Darmo.

“Benar, Pak. Apakah mangkuknya boleh saya bawa?” pinta Bimo.

“Tentu,” kata Pak Darmo.

Senyum bahagia terpancar dari wajah Bimo. Ia bisa belajar hal baru dalam memanfaatkan bahan sederhana, tetapi memiliki makna yang bernilai tinggi. *

 

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Arwin Andrew
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita