Manfaat susu untuk kesehatan memang tak diragukan. Tidak hanya bagus untuk tulang, susu juga memberikan efek yang baik untuk jantung. Dalam sebuah studi yang dilakukan di universitas ternama di Amerika Serikat, ditemukan bahwa anak berusia remaja yang hanya mengonsumsi kurang dari tiga porsi produk susu setiap harinya, cenderung mengidap sindrom metabolik.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan fakta yang didapati di Indonesia. Di sini masyarakat umumnya beranggapan bahwa susu hanya untuk anak. Padahal, remaja dan dewasa juga memerlukannya. Bagi remaja dan dewasa, minum susu secara rutin akan bermanfaat bagi kekuatan tulang dan kesehatan. Hal ini karena susu menyediakan sebagian kebutuhan gizi harian seperti kalsium dan vitamin D yang penting bagi kekuatan tulang dan hidup aktif sebagai “tabungan” masa tua.

Menurut data dari Nielsen RUU Data (non-projected) 2014, konsumsi susu di Indonesia baru mencapai 12 liter per orang per tahun. Jika mengacu pada data tersebut, jelas Indonesia masih tertinggal jauh dari beberapa negara di Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia (39 liter per tahun), Vietnam (20 liter per tahun), dan Thailand (17 liter per tahun).

Kondisi inilah yang menjadi alasan Frisian Flag Indonesia (FFI) sebagai mitra gizi keluarga untuk turut mendukung peningkatan konsumsi susu  dengan meluncurkan kampanye bertajuk Saatnya Keluarga Minum Susu Sekarang!. Kampanye ini bertujuan menyosialisasikan kebaikan susu dan mengajak keluarga Indonesia untuk minum susu secara rutin.

Ahli Gizi dan Ketua Umum Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) Prof Dr Hardinsyah MS mengatakan, susu merupakan salah satu pangan sumber gizi, baik gizi makro maupun gizi mikro atau vitamin-mineral.

“Susu menyediakan zat gizi  yang bermanfaat dalam setiap tahap perkembangan manusia setelah tahap pemberian ASI eksklusif. Konsumsi susu dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada anak setelah pemberian ASI eksklusif,” kata Hardinsyah.

Apa yang dikatakan Hardinsyah bisa dimaklumi karena segelas susu yang difortifikasi dapat memenuhi sampai 20 persen kebutuhan gizi harian anak dan dewasa, juga menyumbang 180 kkal energi. Tentunya ini akan bermanfaat dalam menunjang aktivitas sehari-hari setiap anggota keluarga.

Kebiasaan minum susu

Menciptakan tradisi dan kebiasaan minum susu dapat dimulai dari keluarga. Sarapan bersama keluarga dengan minum susu bersama atau menyantap makanan yang menggunakan susu sebagai bahan dasarnya juga dapat membantu menciptakan tradisi mengonsumsi susu dalam keluarga.

Citta (19), mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Jakarta mengakui bahwa kebiasaan minum susu yang masih ia terapkan hingga ini merupakan kebiasaan keluarga yang diciptakan orangtuanya. “Tidak hanya membiasakan minum susu ketika sarapan, ibu juga sering menyelipkan keju lembaran atau meses yang dilumuri susu kental manis ke dalam roti bekal sekolah,” ujar Citta yang bertubuh tinggi dan memiliki postur tubuh yang bagus.

Sang ibu, Tatiek (54), memang membiasakan seluruh anggota keluarga untuk mengonsumsi susu saat sarapan. Baginya, susu merupakan pelengkap gizi bagi seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua. “Agar tidak bosan, saya terkadang juga menyajikan jus tomat yang dicampur es batu dan susu kental manis. Sehat, menyegarkan, dan sangat disukai seluruh anggota keluarga. Bagi kami sekeluarga, minum susu, apa pun bentuknya, merupakan minuman wajib,” lanjut Tatiek.

Seolah mengamini pernyataan Citta dan Tatiek, psikolog Roslina Verauli MPsi mengatakan, lingkungan keluarga tempat anak tinggal ternyata memegang peranan besar dalam membentuk perilaku mengonsumsi nutrisi sehat pada anak, seperti minum susu.

Roslina mengatakan, kumpul keluarga merupakan media terbaik untuk membentuk emosi positif dan membantu anggota keluarga membentuk perilaku sehat. Salah satunya, kebiasaan minum susu.

Ada berbagai jenis kegiatan yang bisa dilakukan keluarga, ritual yang juga cukup menarik untuk dicoba adalah milk toast. “Ritual keluarga seperti ini meningkatkan perasaan bahwa keakraban akan terus berjalan yang berdampak pada timbulnya perasaan aman dan nyaman pada anak sekaligus meningkatkan kemampuan anak berkomunikasi dengan orangtua atau orang dewasa lain di sekitarnya,” lanjut Roslina.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Prepared Beverages Frisian Flag Indonesia Tanti menyampaikan, kampanye Frisian Flag diharapkan dapat mendorong keluarga Indonesia untuk lebih bersemangat memulai kebiasaan minum susu, minimal satu gelas sehari. Apakah keluarga Anda juga memiliki tradisi minum susu? [AYA]

Artikel terbit di Harian Kompas edisi 12 April 2017

Foto-foto Shutterstock