Kompleks Makam Raja-raja Kotagede dibangun oleh Panembahan Senopati pada tahun 1589 dan selesai pada 1606. Tempat ini dikelola oleh Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.
Panembahan Senopati adalah pendiri Kerajaan Mataram Islam. Beliau membangun kompleks permakamam ini di sebelah barat Masjid Agung Kotagede. Konon, tempat ini dulunya menjadi cikal-bakal keberadaan kerajaan tersebut.
Panembahan Senopati yang juga dikenal sebagai Danang Sutawijaya adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan. Dikisahkan, Ki Ageng Pemanahan membantu Sultan Hadiwijaya (Jaka Tingkir) dalam meredam pemberontakan Arya Penangsang.
Atas jasanya itu, Ki Ageng Pemanahan mendapat hadiah berupa Alas Mentaok sebagai tanah perdikan. Bersama keluarga dan pengikutnya, Ki Ageng Pemanahan kemudian membangun desa kecil di hutan tersebut.
Pada masa kepemimpinan Ki Ageng Pemanahan, wilayah ini hanyalah sebuah kadipaten dari Kerajaan Pajang. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, Sutawijaya diberi hak oleh Pangeran Benowo untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang. Sutawijaya kemudian mendirikan Kerajaan Mataram Islam.
627 makam
Lokasi Makam Raja-raja Kotagede berada di wilayah Dusun Sayangan, Jagalan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Di sini, dimakamkan beberapa tokoh penting dan Raja-raja Mataram Islam pada awal periode berdirinya kerajaan.
Menurut Tono, salah satu abdi dalem, sedikitnya terdapat 627 makam di dalam kompleks makam raja ini. Namun, yang tidak tercatat juga ada banyak. Tokoh-tokoh penting yang dimakamkan di sini antara lain perintis wangsa Mataram, Ki Ageng Pamanahan.
“Tokoh lainnya ada Nyai Ageng Nis atau nenek dari Kanjeng Panembahan Senopati, lalu Kanjeng Panembahan Senopati, dan Prabu Hanyokrowati. Kemudian ada Panembahan Joyoprono, dan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir,” kata Tono, awal Maret lalu.
Kompleks makam raja ini dikelilingi tembok batu bata yang di bagian timur menyatu dengan tembok Masjid Agung Kotagede. Pintu masuk ke area permakaman terletak di bagian selatan halaman masjid.
Tempat peristirahatan terakhir para perintis Kerajaan Mataram Islam ini sampai sekarang masih menarik masyarakat untuk berziarah, terutama pada hari-hari tertentu. Sejarahnya yang kaya dan keberadaannya yang kokoh menjadikan tempat ini sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Yogyakarta.
Jadwal buka untuk umum adalah Minggu, Senin, dan Kamis pukul 10.00-13.00; serta Jumat pukul 13.00-16.00. Selama Ramadhan, kompleks permakaman ini tutup. Saat berkunjung di sini, Anda wajib mengenakan pakaian adat Jawa yang bisa disewa di dalam kompleks makam. Selain itu, dilarang memakai alas kaki saat memasuki area makam, tidak diizinkan memotret di tempat-tempat tertentu, dan wajib menjaga ketenangan.
Jadi, jika Anda berkunjung ke Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk mengenal lebih dekat sejarah raja-raja Mataram di Kotagede. Di sana, Anda akan merasakan aura magis yang memikat sekaligus menghormati para raja yang pernah memimpin negeri ini.
Baca juga: Makam Raja-raja Imogiri, Simbol Spiritual dan Budaya Yogyakarta