Banyak tempat di Yogyakarta yang memungkinkan kita untuk singgah. Menikmati keunikan, mendaras riwayat peninggalan bersejarah, atau sejenak membiarkan diri larut dalam lamun. Salah satu yang perlu disinggahi yaitu Pesanggarahan Rejowingangun. Apa keindahan tempat ini?
Hari masih terbilang pagi. Matahari yang mulai meninggi dan raung kendaraan bermotor yang sesekali melintas di Jalan Veteran, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta, seolah menemani dua sejoli yang saat itu tengah menjalani sesi foto prewedding.
Sambil mengikuti arahan sang juru foto, sesekali pasangan tersebut berswafoto di salah satu sudut bangunan yang di depannya terpampang papan Situs Warungboto. Nama Situs Warungboto atau dikenal dengan Pesanggrahan Rejowinangun meroket sejak sekitar pertengahan tahun 2016. Balai Pelestarian Cagar Budaya DI Yogyakarta memugar bangunan yang dahulu digunakan sebagai tempat pesanggrahan Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono II.
Mengutip situs web Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sultan Hamengku Buwono II dikenal sangat menyukai dan membangun banyak pesanggrahan sejak menjadi Putra Mahkota sampai masa pemerintahannya. Oleh karena itu, juga dikenal sebagai raja pembangunan pesanggrahan. Selama periode sebagai putra mahkota (1765–1792 M), ia membangun beberapa pesanggrahan, yaitu Pesanggrahan Rejawinangun, Purwareja, Pelem Sewu, dan Reja Kusuma.
Berdasarkan sumber, di antaranya Tidjschriff voor Nederlandsch Indie tulisan JF Walrofen van Nes tahun 1884, Babad Momana, serta Serat Rerenggan dijelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun pada tahun 1711 Jw (1785 M) yang merupakan karya putra mahkota KGPAA Hamengkunegara, yang kelak pada 1792 naik tahta bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana II. Di dalam Babad Momana disebut angka tahun pembuatan pesanggrahan, 1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun.
Instagramable
Selain karena bentuk bangunan yang unik, Pesanggrahan Rejowinangun banyak menyedot perhatian lantaran ada begitu banyak sudut yang instagramable atau menarik untuk difoto. Mudah dipahami kalau kemudian tempat ini sering dijadikan lokasi foto prewedding, apalagi letaknya yang di tengah permukiman padat Kota Yogyakarta. Untuk masuk, pengunjung tidak dipungut biaya, hanya diminta untuk mengisi identitas di buku tamu.
Mungkin karena masih baru, situs yang terletak tak jauh dari Kebun Binatang Gembira Loka tersebut masih relatif sepi. Ini memungkinkan pengunjung leluasa memotret di setiap sudut atau hanya duduk menghabiskan waktu, membayangkan riwayat atau sejarah tempat tersebut. Tinggal pilih salah satu spot untuk duduk bersantai, atau menyusuri bangunan berteras dan bertingkat-tingkat yang menjelaskan mengapa ada begitu banyak tangga di sekitar situs.
Sebagaimana fungsinya pada masa lalu sebagai tempat beristirahat, Pesanggrahan Rejowinangun juga dilengkapi dua kolam yang berada di tengah bangunan. Satu kolam berbentuk lingkaran, sedangkan yang lain berbentuk persegi. Di tengah kolam berbentuk lingkaran terdapat lingkaran kecil yang disebut-sebut sebagai sumber air.
Di situs ini juga bisa ditemui sejumlah lorong yang saling terhubung serta jendela atau pintu lengkung yang membuat bangunan semakin menarik. Sementara itu, di sisi selatan ada bangunan dua lantai, yang dari sini sebagian besar Pesanggrahan Rejowinangun bisa terlihat, dan lagi-lagi menarik untuk difoto.
Oki, salah seorang pengunjung berharap pesanggrahan tersebut terus dibenahi supaya bisa makin melengkapi obyek wisata yang sudah ada di Yogyakarta. “Pembenahan tersebut termasuk keterangan atau informasi seputar situs atau fungsi ruangan-ruangan yang ada, supaya lebih lengkap.” [ASP]
Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 21 Oktober 2017