Eki, teman sekelas Naufal menghampirinya. “Hujannya masih lama. Kita pulang saja, yuk! Sambil main hujan-hujanan.” Rupanya Eki sudah tak sabar menunggu hujan reda. Ia lalu membuka sepatu dan mulai menciprat-cipratkan kakinya di genangan air.
Naufal ragu. Ibu pernah melarangnya bermain sembarangan di bawah hujan deras seperti ini. Namun, saat melihat Eki begitu gembira bermain air, Naufal pun tergoda.
Dalam sekejap, tubuh kedua anak itu basah kuyup. Mereka tertawa sambil bermain perang air. Sampai tak terasa Naufal sudah tiba di depan rumah. Sepertinya, ibu belum pulang dari kantor.
Cepat-cepat Naufal mandi dan berganti baju. Ia juga mengeringkan tas sekolahnya. Untung saja tas itu anti-air. Jadi, buku-buku dan sepatunya tidak basah. Saat ibu pulang, Naufal sudah selesai mengerjakan semua. Ia lega karena tidak ketahuan.
Sayangnya, sewaktu makan malam, Naufal merasa tidak enak badan. Ia tidak nafsu makan meskipun di meja terhidang lele goreng kesukaannya.
“Ada apa Naufal?” tanya ibu perhatian.
“Ti… tidak ada apa-apa, Bu,” jawab Naufal gelagapan. Naufal berusaha menghabiskan makanannya. Ia takut ketahuan kalau siang tadi main hujan-hujanan.
Namun, semakin malam, badan Naufal semakin tidak enak. Tubuhnya mulai panas dan kepalanya pusing. Naufal juga mulai batuk dan pilek. Karena tidak tahan, ia pergi menemui ibu.
“Bu, sepertinya Naufal sakit,” ucap Naufal lirih.
Ibu langsung berdiri dan mengantar Naufal kembali ke kamarnya. Dengan sigap, ibu mengukur suhu tubuh Naufal, lalu mengambil kompres dan obat yang diperlukan.
“Kenapa tiba-tiba bisa demam, Nak?” tanya Ibu khawatir.
“Maafkan Naufal, Bu. Sebenarnya tadi siang, Naufal pulang sambil main hujan-hujanan.” Naufal mengaku pelan.
Ibu menggeleng-gelengkan kepala. “Ibu sudah pernah bilang jangan main hujan sembarangan. Sekarang, kamu jadi sakit.”
“Iya, Bu. Naufal sudah salah tidak menuruti perkataan Ibu.”
“Karena kamu sudah jujur, Ibu tidak akan marah lagi. Tapi, tetap ada hukumannya. Uang jajanmu akan Ibu potong,” tegas Ibu. Naufal hanya mengangguk pasrah.
“Sekarang, kamu tidur. Selamat istirahat, Sayang. Semoga cepat sembuh!” Ibu mencium kening Naufal dan menyelimutinya.
Naufal jera. Ia tidak mau lagi main hujan sembarangan. Sudah jatuh sakit, uang jajan dipotong pula. Namun, ia lega, sudah bisa jujur pada ibu.*
Penulis: Herdita Dwi R
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita