“Apakah nanti bunga-bunganya akan layu?” tanya Runi Nuri cemas.
“Ini bunga anggrek, tenang saja Runi, bunganya tidak akan layu sampai tiga hari,” jawab Beri Beo.
Runi lalu mencoba mahkota itu. “Wah, pas di kepalaku. Bagaimana? Cantik, kan?”
Beri mengacungkan jempolnya. Mahkota bunga anggrek berwarna ungu dan putih cocok dengan bulu-bulu Runi yang berwarna-warni.
Tiba-tiba saja Giga Gagak terbang melintas. Melihat ada Beri dan Runi, Giga lalu turun mendekati Runi dan Beri.
“Apa itu yang kamu bawa Giga?” tanya Runi.
“Oh ini, mahkota. Aku susah payah membuat mahkota ini. Sayang sekali, besok aku tidak bisa ikut. Aku harus terbang ke barat mengikuti orangtuaku,” jawab Giga Gagak sedih.
“Kalau kamu mau, kamu boleh memakainya. Di pesta nanti, pasti tidak ada yang memakai mahkota berkilau seperti ini.” Giga lalu menyerahkan mahkota itu kepada Runi, kemudian bergegas pergi.
Beri mengernyitkan dahi. Mahkota buatan Giga besar dan kelihatan berat. Mahkotanya dibuat dari jalinan akar dengan hiasan daun lebar-lebar, di kelopak daunnya ada potongan kaca yang berkilau jika terkena sinar matahari.
Runi memakai mahkota Giga dan berjalan melenggak-lenggok di depan Beri. “Mahkota ini lebih cocok untukku Beri, aku pakai yang ini saja!”
“Emm, sebenarnya, mahkota itu kelihatan terlalu besar dan berat untuk kepalamu. Aku takut nanti kamu jatuh saat memakainya di pesta. Lagi pula warnanya gelap, tidak cocok dengan bulumu yang berwarna cerah.” Beri berkata pelan, takut Runi tersinggung.
Mendengar jawaban Beri, wajah Runi menjadi merah. “Huh, bilang saja kamu iri. Mahkota ini cantik, aku kelihatan anggun memakainya!”
Beri pulang ke rumah membawa mahkota bunga yang ia dan Runi buat dengan hati sedih. Dia hanya berkata jujur, tetapi Runi malah marah.
Esok harinya, Beri membawa mahkota bunga ke pesta perayaan. Siapa tahu nanti mahkota ini berguna, pikirnya. Ketika pestanya dimulai, Beri melihat Runi kesulitan dengan mahkota yang diberi Giga. Ketika pawai bendera mulai berjalan, mahkota Runi malah jatuh!
Beri bergegas menghampiri Runi. “Pakai ini saja Runi. Mahkota bunga yang kita buat masih bagus,” kata Beri sambil memasangkan mahkota ke kepala Runi.
Runi sangat senang. “Oh Beri, untung saja kamu ada di sini. Maafkan aku. Kemarin aku marah karena kamu sudah berkata jujur.”
Beri tersenyum lebar, sekarang, mereka bisa sama-sama menikmati pesta perayaan menyambut musim buah dengan gembira.*
Penulis: Betty
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita