Sekitar 20 tahun lalu, ternyata pasien tersebut didiagnosis mengalami serangan jantung (infark miokard akut) dan berjalannya waktu dengan dilakukannya kateterisasi koronar ulang, tampak adanya pertambahan penyempitan pada beberapa pembuluh darah koronar. Hasil echo cardiografi dan spect cardiac menunjukkan penurunan fungsi jantung atau disebut gagal jantung. Secara klinis, gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA) dibagi menjadi empat kelas, yang kriteria NYHA IV merupakan yang terberat.
Gagal jantung merupakan muara dari berbagai penyakit jantung, yaitu penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, kelainan katup dan kelainan jantung bawaan, serta kelainan pada otot jantung itu sendiri (cardiomyopathy). PJK merupakan penyebab terbesar gagal jantung dan bila dibiarkan tanpa tindakan adekuat akan menjadi gagal jantung kronis dengan segala akibatnya.
Menurut LH Makmun, pensiunan Guru Besar Dept Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, tergantung dari ringan beratnya, pengobatan dapat diberikan dari yang konservatif sampai dengan penggunaan alat bantu. Bila tak kunjung memuaskan, dapat dipikirkan untuk dilakukan transplantasi jantung—suatu metode yang belum pernah dilakukan di Indonesia, tetapi telah dilakukan sejak puluhan tahun lalu di luar negeri.
Kendalikan faktor risiko
Karena PJK merupakan penyebab terbanyak gagal jantung kronik, kita perlu memperhatikan apa saja yang menjadi faktor pencetusnya sehingga dapat dilakukan pencegahan sedari dini.
Faktor-faktor kelainan yang dapat dikendalikan antara lain kadar kolesterol, diabetes mellitus, hipertensi, dan kelebihan berat badan. Selain itu, ada beberapa faktor terkait gaya hidup yang perlu dikendalikan di antaranya merokok, aktivitas fisik minim, serta diet yang tidak sehat (misalnya garam dan lemak tinggi).
Beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan gumpalan (plak) dalam pembuluh darah koronar, yang bisa semakin membesar akan menyempitkan lumen (lubang) pembuluh. Terkadang, plak tersebut sewaktu-waktu dapat pecah dan menyumbat pembuluh darah serta menimbulkan serangan jantung mendadak (infark miokard akut). Tentu saja dalam kondisi tertentu, hal ini dapat menimbulkan risiko mati mendadak.
Baca juga :Â
- Mengenal Awal Transplantasi Jantung, Momentum Penting Dunia Kedokteran
- Langkah Jitu Cegah Serangan Jantung dan Stroke
Oleh karena itu, kita perlu sekali untuk mengontrol kadar kolesterol dan gula secara teratur—terlebih bila sudah mengidap kolesterol tinggi. Penderita diabetes mellitus agar senantiasa menjalankan diet yang sesuai, mengonsumsi obat-obatan serta melakukan aktivitas fisik secara teratur. Begitu pula terhadap penderita hipertensi dan berat bada berlebih (overweight).
Kementerian Kesehatan bahkan memiliki program Germas terhadap pencegahan penyakit jantung. Beberapa waktu lalu Komite Nasional Jantung juga menganjurkan agar setiap Puskesmas membentuk Komunitas Olahraga bekerja sama dengan masyarakat setempat (melalui RT/RW) sebagai pintu masuk (port d’entrée) untuk melakukan ceramah penerangan tentang pencegahan penyakit jantung.
LVAD sebagai terapi semipermanen
Pada beberapa kasus penyakit jantung yang sulit ditangani dengan pengobatan konservatif, tentu saja pemasangan alat bantu Left Ventriculare Assist Device (LVAD) dapat dipikirkan untuk ditanamkan. Pada awalnya, alat ini merupakan jembatan atau pengobatan sebelum mendapatkan transplantasi jantung.
Namun, kini, LVAD dapat dipakai sebagai terapi semipermanen. Sejumlah pasien di Indonesia yang mengalami gagal jantung berat sudah dipasangi LVAD dan ada yang menjalani hidup lebih baik karenanya. Sayangnya, pemasangan LVAD ini masih dilakukan di luar negeri.
Gagal jantung kronis dengan penyebab PJK dapat dihindari dengan mengenali faktor risiko dan tentu saja dengan menjalani gaya hidup sehat. Waspada tetap perlu dilakukan mengingat kondisi gagal jantung kronis tidak mengenal usia dan dapat terjadi pada usia yang relatif muda sekalipun. Jadi, tunggu apa lagi? Biasakan untuk senantiasa hidup sehat sekarang juga.