Alkisah ada seorang gadis, anak penjual es krim potong di Orchard Road, Singapura. Luna namanya. Membawa resep asli dari sang ayah, ia memperkenalkannya ke Indonesia. Dengan mempertahankan rasa yang autentik, Luna menjual es krim tersebut dengan konsep yang lebih menyenangkan.
Itu adalah cerita yang dirangkai Kevin Feryanto (23) untuk memperkenalkan produknya, Luna Singapore Ice Cream Sandwich. “Saya ingin nama yang mudah diingat untuk es krim ini. Akhirnya saya pilih Luna, nama dewi bulan dalam mitologi Yunani. Konsepnya itu terang di tengah kegelapan, maksudnya kami ingin menjadi bold, menonjol,” ungkap Kevin, Kamis (30/10).
Ide untuk memasuki bisnis es krim Singapura berawal dari hobi jajan Kevin. Di Singapura, ia mengamati bahwa antusiasme orang untuk membeli es potong cukup tinggi, sebagian juga orang Indonesia. “Saya berpikir, bisa jadi peminat es krim Singapura di Indonesia juga besar,” kata Kevin.
Memulai bisnisnya dari awal, Kevin menggandeng beberapa orang temannya seperti Arvin Saputra yang mengelola produksi es krim dan Ribka Anastasia yang kini melakoni peran sebagai Brand & Advertising Executive. Bersama-sama, mereka mematangkan maskot Luna, konsep toko, strategi pemasaran, dan menentukan varian rasa yang akan dijual. Outlet Luna pertama kali diluncurkan di Citraland Jakarta sekitar setengah tahun lalu. Kini, Luna sudah punya tiga outlet lain di Flavor Bliss Alam Sutera, Central Park, dan Food Centrum Sunter.
Luna memiliki idealisme untuk menghadirkan es krim berkualitas dengan rasa es krim mirip dengan yang ada di Singapura. Selain menghadirkan es krim dengan roti tawar biasa dan wafer khusus es potong yang didatangkan langsung dari Singapura, Luna memiliki roti rainbow. Bentuknya seperti roti tawar, tetapi berwarna-warni dan rasanya sedikit lebih manis.
Para koki Luna mencari resep yang pas untuk beragam rasa yang ditawarkan. Luna membuat sendiri es krimnya dengan bahan-bahan alami. Iqbal Fauzan Cahria, lulusan sekolah perhotelan yang mendalami bidang bakery, pastry, dan es krim yang saat ini menjadi salah satu koki Luna, mengaku pekerjaannya di Luna menyenangkan. “Dalam membuat es krim ini, kita bisa bereksperimen. Ada keasyikan tersendiri ketika mengeksplorasi rasa,” tutur Iqbal.
Di dapur Luna, Iqbal menimbang dan mencampur bahan-bahan utama es krim seperti susu, telur, gula, dan mentega. Setelah memanaskannya di atas kompor, ia memasukkannya ke dalam alat pembuat es krim. “Tidak semua cara pembuatan es krim sama. Untuk rasa bluberi, kami menggunakan rasa vanila untuk es krim dasarnya, kemudian kami membuat marble dari selai bluberi pada adonan es krim yang sudah membeku,” terang Iqbal.
Untuk es krim rasa Nutella, adonan dasar yang dibuat dicampur dengan Nutella, kemudian cokelat Nutella pun diselipkan di dalam es krim yang sudah beku. Hasilnya, es krim cokelat dengan potongan Nutella beku di tengahnya. Dikatakan Ribka, es krim rasa Nutella merupakan salah satu varian favorit konsumen.
“Luna punya total 16 rasa es krim. Tiga per empatnya kami adaptasi dari rasa yang ada di Singapura. Seperempatnya kami kreasikan sendiri,” ujar Kevin. Dengan varian rasa yang sudah cukup banyak tersebut, Luna masih mengembangkan beberapa rasa baru yang belum diluncurkan. “Kami pilih rasa yang saat ini sedang digemari seperti kacang pistacio, keju, dan red velvet,” ungkap Ribka.
Cita-cita untuk semakin maju terus dipelihara Luna. “Ke depannya, kami berencana menambah outlet. Sudah ada beberapa mal yang diincar,” ujar Ribka, (24/10). Kevin menambahkan, selain di Jakarta dan sekitarnya, Luna akan berekspansi ke beberapa kota besar lain di Indonesia.
Menggigit es krim Luna, menikmati dinginnya, dan merasakan es krim itu melumer di mulut akan memberi kita kebahagiaan kecil. Seperti legitnya es krim Luna, anak-anak muda ini berharap usaha mereka kelak berbuah manis. [NOV]
Galeri
noted: hadirkan rasa autentik singapura di negeri sendiri