“Naila, kamu mau ke mana?” tanya Tifa saat duduk di teras. Dia melihat Naila berjalan melewati rumahnya.

“Aku akan ke pasar untuk membeli kulit lumpia,” jawab Naila. Naila lalu melanjutkan berjalan menuju pasar.

Dengan dibantu ibunya, Naila berjualan lumpia. Naila menjajakan lumpia goreng di kampung-kampung pada sore hari. Terkadang dia juga mendapat pesanan untuk hajatan. Dari penjualan itu, Naila mendapatkan uang jajan, sekaligus ia juga bisa membantu orangtuanya.

Lumpia adalah makanan khas Kota Semarang. Isinya terbuat dari bahan utama rebung. Camilan ini merupakan perpaduan makanan dari Tionghoa dan Jawa. Di banyak tempat dijumpai pedagang lumpia. Termasuk juga di perkampungan-perkampungan seperti Naila menjual makanan ringan ini.

Tiba-tiba Tifa mendapat ide. Dia juga ingin membantu orangtuanya sekaligus mendapatkan uang saku sendiri.

Tifa langsung menemui ibunya dan menceritakan idenya itu.

“Ibu setuju. Nanti ibu bantu. Tapi kamu mesti bilang dahulu sama Naila. Semoga dia juga setuju,” saran ibu. Tifa manggut-manggut.

Keesokan hari, Tifa berkunjung ke rumah Naila. Dia mengutarakan maksudnya.

“Nai, kamu kan membeli kulit lumpia di pasar. Bagaimana kalau kulitnya aku yang buat? Kamu tinggal pesan berapa yang kamu inginkan. Oya, kulitnya yang akan aku buat lunak, tidak keras seperti yang kamu beli di pasar, tetapi harganya sama. Dengan demikian, kamu juga bisa menjual lumpia basah,” tutur Tifa. Yang basah adalah kulit lumpia diisi rebung lalu digulung, tanpa digoreng.

“Wah, senang sekali. Aku bilang ibuku dulu ya,” tukas Naila lalu ke dalam menemui ibunya.

Tidak lama kemudian. “Ibuku setuju. Ibu bilang langsung pesan dua puluh lima lembar,” kata Naila.

Keesokan hari dengan dibantu ibunya, Tifa membuat kulit lumpia. Dia membuat sejumlah pesanan yang diminta Naila. Setelah jadi dia segera menyetorkan ke rumah Naila.

Sore hari Tifa datang lagi ke rumah Naila. “Nai, aku bantu kamu berjualan, ya?” tawar Tifa bersemangat.

Tentu saja Naila senang. Keduanya lalu menjajakan lumpia goreng dan basah. “Lumpia spesial… lumpia spesial…harga tetap, tiga ribu rupiah…”

“Apanya yang spesial, Nai?” tanya seorang pelanggan saat akan membeli.

“Kulitnya tidak keras, Bu. Tifa yang buat. Makanya saya sekarang juga menjual yang basah,” jelas Naila. Tifa senyum-senyum.

“Kalian sungguh kreatif,” ungkap ibu itu lalu membeli yang goreng dan basah.

Sore itu dagangan terjual laris. Banyak yang membeli lumpia goreng dan yang basah. Naila dan Tifa senang, selain membantu orangtua, mereka juga ikut melestarikan budaya dan cinta bangsa.*

logo baru nusantara bertutur

Oleh Tim Nusantara Bertutur
Penulis: Iis Soekandar
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita