Ada bermacam jenis bela diri asal Jepang, yang saking banyaknya orang kerap bingung dan sulit membedakan satu dengan yang lain.
Seni bela diri yang cukup populer adalah karate. Awalnya, sebutan karate adalah tote yang berarti “tangan Tiongkok”. Namun, untuk menunjukkan rasa kebangsaan, sebutan tote diganti karate yang berarti tangan kosong. Seperti namanya, karate adalah seni bela diri Jepang tanpa menggunakan senjata dan lebih berpusat pada penguasaan teknik.
Jika menyebut seni bela diri Jepang dengan penggunaan senjata, kendo adalah salah satunya. Dibandingkan sejumlah seni bela diri lain dari Jepang, usia kendo terbilang muda. Kata kendo secara harfiah berarti “jalan pedang”, dimaknai sebagai rangkaian proses untuk membentuk pribadi yang berani, disiplin, dan setia. Pedang dalam kendo adalah pedang dari bambu. Tiap pelaku kendo wajib menggunakan pelindung kepala (men), pelindung badan (do), pelindung tangan (kote), dan pelindung paha (tare).
Kempo juga termasuk seni bela diri Jepang, yang memusatkan pada teknik-teknik bela diri dengan tangan. Jenis kempo saat ini telah berkembang dan menjadi sejumlah aliran. Di antaranya, nihon kempo, tenshin koryu kempo, shorinji kempo, dan kosho-ryu kempo.
Jepang juga memiliki seni bela diri dengan menggunakan panah yang disebut kyudo. Seni bela diri ini telah lama populer di Jepang dan banyak diajarkan di sekolah-sekolah. Biasanya, para pelaku kyudo mengenakan pelindung dada saat berlatih memanah.
Jujutsu atau jujitsu juga seni bela diri yang cukup populer. Teknik bela diri dalam jujitsu menekankan pada gerakan bertahan dan teknik-teknik yang bertujuan untuk mengelabui lawan dan menggunakan energi dan teknik lawan mengenai dirinya sendiri. Jujitsu ini kemudian menjadi dasar teknik bela diri judo dan aikido.
Judo merupakan pengembangan dari jujitsu yang diperkenalkan oleh Kano Jigoro pada tahun 1882. Seni bela diri ini telah dikenal hingga ke berbagai negara di dunia dan kerap dipertandingkan dalam ajang kompetisi seni bela diri antarnegara.
Meskipun mengambil konsep teknik dasar jujitsu, aikido berbeda dengan judo. Aikido dikembangkan oleh Ueshiba Morihei pada abad ke-19. Aikido dimaknai sebagai seni bela diri yang berfokus pada kelemahlembutan dan tanpa maksud melukai lawan. Semua serangan lawan diarahkan untuk melumpuhkan, bukan melukai. Dibandingkan seni bela diri lain yang mengutamakan adu kekuatan, aikido memang unik karena tidak mencari sosok yang terkuat.
Tanpa mencederai lawan
Salah satu sensei atau pengajar aikido di Dojo Aiki Kenyukai di Jakarta Shanti Indriati mengungkapkan, dalam aikido tidak ada pertandingan dan kompetisi. Aikido pada dasarnya adalah seni untuk membela diri ketika berada dalam bahaya, bukan untuk melukai musuh atau lawan. Poin yang ditekankan dalam aikido adalah kesempurnaan dalam penggunaan teknik bela diri.
“Dalam aikido, tidak ada pertandingan dan kompetisi. Prinsip dasar aikido meyakini bahwa musuh hanyalah konsep di otak kita. Semua konsep negatif datang dari otak kita. Intinya, ketika melakukan gerakan aikido, kita harus menyadari diri kita sendiri, harus stabil, pikiran harus positif,” kata Shanti.
Sementara itu, sensei Iman Al-Hakim menjelaskan, aikido layaknya falsafah hidup yang bisa diterapkan dalam keseharian. Aikido berasal dari kata “ai” yang berarti harmonis atau selaras, “ki” yang berarti roh atau energi, dan “do” yang berarti jalan atau cara.
“Dalam aikido yang paling penting adalah fokus. Sebagai contoh, jika dalam bekerja ada urusan yang belum selesai, pikiran akan terpecah, dan ini akan terlihat ketika seseorang melakukan gerakan-gerakan aikido,” terang Hakim.
Shanti menambahkan, kemenangan dalam aikido bukanlah tentang mengalahkan orang lain, tetapi mengalahkan diri sendiri. Caranya, mengubah diri sendiri pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Hakim mengungkapkan, inilah sebabnya jika seseorang tidak mau melepaskan kebiasaan-kebiasaan buruk dan hal-hal negatif yang biasa dilakukan, orang tersebut akan mengalami kesusahan ketika belajar aikido. [*/MIL]