Kemudahan akses internet dewasa ini bisa saja membuat banyak orang terlena. Padahal, tidak semua informasi dan data dari internet berpengaruh positif. Sebaliknya, jika tak berhati-hati, efek negatif yang dapat diterima. Dalam hal ini, pihak yang perlu dikhawatirkan adalah anak dan remaja.

Kasus-kasus seperti pencurian data telah sering terdengar. Maraknya pornografi di internet yang dapat diakses anak juga terjadi hampir di semua kota besar di Indonesia. Cyberbullying atau penghinaan melalui jejaring sosial juga tidak asing lagi. Demikian pula dengan kasus pelecehan seksual yang bermula dari komunikasi di media sosial seperti Facebook dan dilanjutkan dengan “kopi darat” atau bertemu langsung.

Anak yang masih polos dan lugu juga rentan dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pembocoran data di internet oleh anak-anak sangat mungkin terjadi. Jika sudah begini, kerugian tidak hanya ditanggung anak, tetapi bisa juga seluruh keluarga, tergantung jenis data yang dibocorkan.

Peran orangtua

Mencegah anak mengakses internet agar terlindung dari pengaruh negatif bukan langkah yang tepat. Alasannya, dalam internet, tersimpan jutaan informasi yang bermanfaat mengembangkan wawasan dan pengetahuan anak.

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk melindungi anak dari pengaruh negatif internet?Hal ini tentuny a tak lepas dari peran orangtua. Orangtua perlu memberikan pemahaman kepada anak tentang cara aman menggunakan internet. Namun, saat ini yang banyak terjadi adalah orangtua kurang mengenal seluk beluk internet dibandingkan anak-anaknya. Untuk menjaga dan melindungi anak, orangtua juga perlu memahami internet. Dengan demikian, orangtua dapat memberikan bimbingan dan arahan kepada anak tentang cara menggunakan internet yang aman.

Orangtua juga bisa mengendalikan aktivitas internet anak. Misalnya, memblokir situs dewasa atau mengatur waktu untuk mengakses internet. Anak Anda pun perlu mengetahui kasus-kasus kriminal yang terjadi akibat sembarang berteman di media sosial.

Anak juga perlu mendapatkan pemahaman untuk tidak mudah membagikan data-data pribadi dan keluarga kepada orang yang dikenal di internet. Misalnya, nomor telepon rumah, alamat, nomor ponsel, lokasi sekolah, dan nomor rekening.

Salah satu kunci utama mengantisipasi timbulnya kejahatan pada anak akibat akses internet adalah menjalin komunikasi yang efektif. Sederhananya, Anda bisa mulai dengan menanyakan kepada anak tentang aktivitas dengan internet secara detail. Misalnya, mengakses media sosial atau hanya sekadar mencari informasi untuk mendukung pelajaran di sekolah.

Ajaklah anak berdiskusi tentang hal-hal yang mereka temukan saat berselancar di dunia maya. Ada banyak informasi di internet yang mungkin saja tidak mudah dimengerti oleh anak. Oleh karena itu, Anda perlu memberikan bimbingan dan pengertian pada anak. Tekankan pada anak bahwa ia tidak boleh sembarang mengunduh atau mengunggah informasi dan data sesuka hati karena bisa menimbulkan dampak negatif.

Meskipun anak mengakses internet tanpa kehadiran orangtua, pastikan Anda bisa memantau aktivitas anak. Misalnya dengan meletakkan komputer keluarga di ruang tengah atau ruang keluarga. Dengan demikian, Anda tetap bisa memantau aktivitas internet anak. [*/MIL]

Foto dokumen Shutterstock.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 1 Agustus 2013