Review Film Land of Happiness, Perjuangan Luar Biasa Seorang Pengacara

Jung In-hoo (Jo Jung Suk), seorang ahli dalam pertempuran hukum, mengambil salah satu persidangan politik paling menantang dalam sejarah Korea Selatan dengan membela Park Tae-ju (Lee Sun Kyun), sekretaris utama badan intelijen yang terlibat dalam pembunuhan presiden.

Meskipun kemungkinannya sangat kecil, dengan hukuman Tae-ju yang tampaknya sudah ditentukan karena status militernya, In-hoo berjuang tanpa henti untuk memastikan persidangan yang adil. Namun, frustrasinya memuncak karena menghadapi proses hukum yang semakin tidak adil.

Tiga puluh menit sebelum pembunuhan, Tae-ju menerima perintah dari kepala badan intelijen untuk melumpuhkan para pengawal jika diperlukan.

Isu utama di pengadilan adalah apakah tindakannya merupakan “tindakan makar (pemberontakan) yang direncanakan” atau “kepatuhan terhadap perintah di bawah tekanan”.

Meskipun In-hoo menyarankan Tae-ju untuk memberikan kesaksian yang bisa menyelamatkannya, Tae-ju tetap teguh, menolak untuk mengkhianati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.

Sementara itu, Jeon Sang-doo (Yoo Jae Myung), pemimpin ambisius tim investigasi gabungan, memiliki ambisi berbahaya setelah peristiwa 26 Oktober 1979.

Dia memanipulasi persidangan dari balik layar, mendengarkan jalannya sidang dan diam-diam mengarahkan hasilnya dengan mengirimkan catatan waktu nyata ke pengadilan, sambil mengejek In-hoo yang gigih.

Baca juga: Sinopsis Film 18×2 Beyond Youthful Days: Perjalanan Memulihkan

Upaya membebaskan terpidana mati

Land of Happiness adalah film drama periode Korea Selatan yang terinspirasi oleh sosok nyata Tae Yoon-ki, yang menjadi pengacara pembela Kolonel Angkatan Darat Park Heung-ju setelah pembunuhan Park Chung Hee.

Film ini berkisah tentang kehidupan para tahanan yang berada di ambang hukuman mati. Mengeksplorasi perasaan putus asa, harapan, dan ketakutan yang dihadapi oleh para narapidana yang menunggu eksekusi.

Cerita berfokus pada kisah seorang pengacara muda yang ditugaskan untuk menangani kasus-kasus yang melibatkan terpidana mati. Saat menjalankan tugasnya, ia harus bergulat dengan dilema moral, emosional, dan profesional.

Sang pengacara tidak hanya harus mempertahankan keadilan, tetapi juga mulai merasakan empati terhadap kliennya, yang sebagian besar sudah kehilangan harapan akan hidup.