Dalam perhelatan PON 2024 di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara, budaya Aceh mendapat sorotan khusus melalui kehadiran maskot Po Meurah yang mengenakan kupiah meukeutop, penutup kepala tradisional khas Aceh. Kupiah meukeutop tidak sekadar hiasan, tetapi juga lambang kebesaran dan identitas budaya Aceh yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Simbol budaya Aceh

Kupiah meukeutop merupakan penutup kepala tradisional Aceh yang telah menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat Aceh. Asal-usul kupiah meukeutop ini berakar dari pakaian adat yang biasa dikenakan oleh pria dalam upacara adat, seremonial, dan peristiwa penting lainnya. Kopiah ini terbuat dari kain berwarna dasar merah dan kuning, yang kemudian dirajut menjadi bentuk lingkaran dengan anyaman motif khas Aceh yang rumit. Bagian pinggiran bawah kopiah dihiasi dengan kombinasi warna hitam, hijau, merah, dan kuning, yang menjadi ciri khas dari kupiah meukeutop.

Kupiah meukeutop tidak hanya pelengkap pakaian adat, tetapi juga simbol kebesaran yang identik dengan pahlawan nasional asal Aceh, Teuku Umar. Teuku Umar sering digambarkan mengenakan kopiah ini, menjadikannya sebagai salah satu simbol perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajah. Hingga saat ini, kupiah meukeutop masih digunakan dalam berbagai upacara adat dan seremonial di Aceh, menunjukkan betapa kuatnya ikatan masyarakat Aceh dengan warisan budayanya.

Filosofi

Di balik bentuk dan warna kupiah meukeutop, terdapat filosofi yang mendalam yang mencerminkan nilai-nilai dan pandangan hidup masyarakat Aceh. Warna-warna yang digunakan dalam kopiah ini tidak sekadar hiasan, tetapi juga memiliki makna simbolis yang dalam. Merah melambangkan keberanian dan kepahlawanan, kuning berarti kerajaan atau negara, hijau menandakan agama dan kemakmuran, hitam mencerminkan ketegasan dan ketetapan hati, sementara putih melambangkan kesucian dan keikhlasan.

Penutup kepala pria khas Aceh ini terbagi menjadi empat bagian yang masing-masing memiliki makna tersendiri. Bagian pertama melambangkan hukum, bagian kedua melambangkan adat, bagian ketiga melambangkan qanun (aturan), dan bagian keempat melambangkan reusam (tradisi). Kombinasi warna dan struktur kopiah ini mencerminkan pandangan hidup masyarakat Aceh yang menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, adat, dan agama dalam kehidupan sehari-hari.

Ikon Meulaboh

Kupiah meukeutop juga memiliki peran penting sebagai ikon budaya dan sejarah di Meulaboh, Aceh. Tugu Kupiah Meukeutop di Meulaboh didirikan di lokasi tertembaknya Teuku Umar, tepatnya di Pantai Batu Putih, Suak Ujong Kalak. Monumen ini menjadi salah satu simbol perlawanan dan semangat juang masyarakat Aceh dalam melawan penjajah.

Saat tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, Tugu Kupiah Meukeutop ikut hancur oleh gelombang dahsyat. Namun, tugu ini kemudian dibangun kembali sebagai bagian dari upaya rekonstruksi Aceh pascabencana. Pendirian tugu ini tidak hanya bertujuan untuk mengenang Teuku Umar, tetapi juga memperkuat identitas budaya Aceh dan menyampaikan pesan bahwa semangat perlawanan dan kebesaran Aceh akan terus hidup dalam setiap generasi.

Dengan segala keunikannya, kupiah meukeutop telah menjadi lambang kebanggaan masyarakat Aceh. Sebagai bagian dari identitas budaya yang kuat, kopiah ini tidak hanya dikenal di Aceh, tetapi juga diperkenalkan ke kancah nasional, bahkan internasional, melalui maskot PON Aceh-Sumut 2024, Po Meurah.

Baca juga: Catat! Ini 5 Strategi Dapatkan Beasiswa Kuliah di Luar Negeri