Umat Katolik di Indonesia yang sudah bersiap untuk menyambut kunjungan Paus ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Kunjungan Paus memang selalu dinantikan bagi umat Katolik di seluruh dunia.

Perjalanan Paus ke Indonesia ini jelas sangat berharga dan penting karena Indonesia merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Selain itu, kunjungan Paus dapat memperkuat dialog antaragama dan memberi dukungan bagi komunitas Katolik di Tanah Air.

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia merupakan bagian dari perjalanan apostoliknya sejak terpilih pada 2013. Dunia bahkan mencatat beberapa perjalanan pemimpin umat Katolik di dunia ini sangat bersejarah.

Paus Fransiskus dalam kunjungannya ke berbagai negara selalu mengangkat hal tentang perdamaian dunia, keadilan sosial, dan rekonsialisasi antaragam.

Berikut ini adalah kunjungan bersejarah Paus Fransiskus ke beberapa negara.

Paus pertama yang berkunjung ke Semenanjung Arab

Pada 2019, Paus Fransiskus melakukan perjalanan bersejarah ke Uni Emirat Arab. Paus Fransiskus menjadi Paus pertama yang mengunjungi Semenanjung Arab.

Saat di Abu Dhabi, Paus Fransiskus bertemu dengan Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Tayeb dan menandatangani Dokumen Abu Dhabi tentang Persaudaraan Manusia. Ino merupakan sebuah deklarasi yang menyerukan persaudaraan dan perdamaian di antara umat manusia.

Dokumen ini juga menjadi momen penting dalam dialog antargama, terutama antara Kristen dan Islam.

Kunjungan Paus di negara Arab tidak berhenti di situ. Pada Maret 2021, Paus kembali bertolak ke Irak. Seperti diketahui, negara ini telah lama dilanda konflik berkepanjangan dan ketegangan sektarian.

Kunjungan yang dinilai berisiko ini tidak membuat Paus bergeming. Paus tetap berkomitmen hadir untuk bertemu dengan komunitas Kristen yang juga menderita karena kekerasan kelompok ekstremis.

Komunitas Kristen Irak merupakan salah satu komunitas yang tertua dan paling beragam di dunia. Komunitas Kristen di sana mencakup Kasdim, Ortodoks Armenia, Protestan, dan cabang-cabang Kristen lainnya.

Di sana, Paus juga bertemu dengan pemimpin Muslim dan Imam Agung Syiah Ayatollah Ali al-Sistani di kota suci Irak, Najaf. Melalui pertemuan ini, Paus Fransiskus mengirim pesan tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai dan berkomunikasi antarpemeluk agama serta rekonsiliasi dalam menghadapi perpecahan kala itu.

Dukungan bagi kaum marjinal Amerika Latin

Amerika Latin, sebagai tempat asal Paus Fransiskus, menjadi kawasan penting dalam perjalanan apostoliknya. Pada Februari 2016, Paus Fransiskus mengunjungi Meksiko.

Dalam kunjungannya ke Meksiko, Paus menyampaikan pesan solidaritas kepada para migran dan komunitas yang terkena dampak kekerasan dan kemiskinan.

Melalui misa di perbatasan AS-Meksiko, Paus mengecam kondisi sosial yang memaksa seseorang bermigrasi dan persoalan narkotika. Dia juga menyoroti penderitaan yang dialami para migran demi mencari kehidupan yang lebih baik.

Sebelum ke Meksiko, Paus terlebih dulu mengunjungi Brasil pada Juli 2013. Paus berkunjung ke sana dalam rangka menghadiri Hari Pemuda Katolik Sedunia di Rio de Janeiro, Brasil.

Dalam acara itu, Paus Fransiskus menekankan peran pentingnya generasi muda dalam gereja, utamanya dalam menghadapi tantangan sosial seperti kemiskinan dan ketidakadilan.

Kunjungan ini secara tidak langsung memperlihatkan pendekatan pastoral Paus Fransiskus yang fokus pada kaum marjinal dan terpinggirkan dalam masyarakat.

Baca juga: Paus dengan Masa Jabatan Tersingkat, Kisah Kepemimpinan yang Terputus Takdir

Serukan perdamaian dan keadilan sosial di Afrika

Afrika dengan tantangan sosial dan ekonominya, juga tak luput dalam agenda kunjungan Paus. Pada November 2015, Paus Fransiskus mengunjungi Republik Afrika Tengah, sebuah negara yang dilanda perang saudara dan konflik antaragama, antara pemberontak Muslim dan militan Kristen.

Di sana Paus menyerukan untuk meletakkan senjata dan mempersenjatai diri dengan “keadilan, cinta, pengampunan, dan perdamaian”. Dia berbicara di Bangui, ibukota Afrika Tengah. Dia juga berkunjung ke daerah PK5, tempat Muslim Bangui diblokade. Paus bersikeras datang ke sana untuk menyerukan perdamaian.

Baca juga: Jubah Putih dan Topi Kecil: Makna dari Busana Paus

Tantangan modernisasi di Eropa

Perjalanan Paus ke Eropa mungkin dianggap biasa saja. Namun, sejatinya hal ini menjadi penting. Seperti diketahui, Eropa juga tengah mengalami krisis pengungsi dan skandal pelecehan seksual di Gereja.

Pada 2021, Paus mengunjungi Yunani dan Siprus. Kedua negara ini menjadi tujuan kunjungan karena menjadi pintu gerbang para pengungsi yang melarikan diri dari konflik di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Dalam kunjungannya, Paus menyoroti tanggung jawab moral Eropa dalam menangani krisis ini. Paus mengajak negara-negara di Eropa untuk ikut menunjukkan belas kasih dan solidaritas kepada yang membutuhkan perlindungan.

Momen kunjungan bersejarah lainnya di Eropa adalah saat Paus menyambangi Irlandia untuk menghadiri Hari Keluarga Sedunia. Ini momentum penting karena di negara ini terjadi skandal pelecehan seksual yang melibatkan gereja Katolik.

Dalam kunjungannya ke sana, Paus menyebut kejadian itu sebagai kejahatan yang menjijikkan dan membuat malu masyarakat Katolik. Paus juga memohon maaf dan berkomitmen untuk melakukan reformasi dalam gereja serta memberi dukungan bagi para korban.

Kunjungan ini juga memperlihatkan keberanian Paus dalam menghadapi tantangan berat yang terjadi di Gereja Katolik. Kunjungan Paus ke Indonesia ini tentunya juga memunculkan harapan tentang banyak hal, salah satunya hubungan antaragama.

Perjalanan Paus Fransiskus ini juga diharapkan mampu memberikan dukungan moral bagi komunitas Katolik di Indonesia dan menekankan pentingnya toleransi serta persaudaraan dalam menghadapi tantangan global saat ini.