Manifestasi ide kreatif, pada dasarnya, adalah aset terpenting bagi seorang kreator. Tidak terbelenggu pada platform maupun metode tertentu, seorang kreator bisa tetap menyalurkan ekspresinya melalui cara-cara yang lain.
Bulan lalu, pada gelaran Art Prized Moments (APM) II, karya ilustrasi digital Aphrodita Wibowo yang berjudul Tetes terpilih menjadi salah satu pemenang untuk dipasang pada Art Moments Jakarta. Karya tersebut menjadi salah satu gerbang publik untuk mencari tahu lebih dalam mengenai Dita, panggilannya.
Seiring dengan naiknya skena NFT, beberapa kreator yang kemudian dikenal rata-rata merupakan ilustrator dan fotografer. Skena ini juga turut mengangkat nama Dita sebagai crafter dan ilustrator yang memiliki sejumlah karya dengan ciri khas khusus. Nuansa ilustrasi yang riang, dengan tokoh serupa anak-anak dalam dunia warna-warni pastel.
“Saya suka dengan nuansa buku cerita anak-anak,” aku Dita.
Portofolio Dita mudah ditemui di berbagai lokapasar NFT dan rantai blok sejak November 2021. Dibantu suaminya, seorang fotografer, perlahan karyanya dikoleksi sejumlah kolektor NFT yang mendapatkan resonansi dengan kreasi ilustrasi dan mix media Dita.
“Di skena ini, saya bisa lebih fokus pada ilustrasi tanpa tautan dengan merchandise ‘Cemprut Indie Craft’,” kata Dita. Entitas yang disebutnya tersebut adalah outlet kreasinya yang lain. Di luar skena NFT, orang justru mengenal Dita dari outlet tersebut karena sudah eksis lebih lama.
Cemprut Indie Craft adalah lini merchandise dan hasta karya yang dirintis Dita sejak 13 tahun lalu. Ragam produk seperti boneka, baju, tas, dan berbagai karya lain dikemas menggunakan sentuhan kreatif yang jejaknya bisa dilihat dalam ilustrasi Dita. Warna-warni pastel dan nuansa riang yang dekat dengan dunia anak-anak.
“Saya selalu memulai karya dengan sketsa gambar,” jelasnya. Maka tidak heran bila tautan ini bisa membuat karyanya mudah dikenal. Terlebih dengan kehadiran karakter-karakter khusus yang makin membuat orang kian aware dengan ciri khasnya. “Cemprut banget,” kata Dita mendeskripsikan ciri khasnya.
Istilah tersebut datang dari audience yang sudah mengikuti Dita di berbagai platform seperti blog dan media sosial. Proses ini yang kemudian membawanya menemukan identitas karya yang dibawa ke berbagai bentuk, termasuk ilustrasi.
“Saya baru bisa menyebut sebagai ilustrator mungkin 4 tahun belakangan,” terang Dita yang pada profilnya di lokapasar menyebut sebagai 90% crafter 10% ilustrator. Bekalnya sebagai kreator kriya terus ia bawa sebagai ciri khas yang membuatnya mudah dikenali. Pada karyanya yang berjudul Tetes, yang memenangi APM, elemen crafting dan ilustrasi tetap ia bawa.
“Dengan menjadi diri sendiri, justru akan semakin dekat dengan kolektor atau apresiator yang memang sesuai,” ujar lulusan S1 Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Termasuk di dalam skena NFT yang terus berkembang dan berubah ini. Dinamika di dalam skena tersebut juga dilihat Dita sebagai sesuatu yang tidak mengharuskannya berubah-ubah juga.
“Inspirasi dari skena ini lebih sebagai upaya baru dalam memasarkan karya,” sebutnya. “Untuk karya, saya tetap menghasilkan sesuai dengan apa yang sudah saya rintis sejak belasan tahun lalu.”
Hasilnya, hampir 50.000-an pengikut Dita sebagai kreator (@cemprut) atau persona di belakang @CemprutIndieCraft di media sosial tetap bisa menerima ragam outlet kreatif yang ia hadirkan karena identitas dan konsistensi tadi.
***
Nama
Aphrodita Wibowo
Tempat, Tanggal Lahir
Rembang, 30 Januari 1985
Pendidikan
S1 Hubungan Internasional UMY
Tautan Portofolio
Link Tree @cemprut