Kuba telah lama menjadi negara yang tidak memiliki kebebasan dalam hal terkoneksi dengan internet. Bloger Kuba Yoani Sanchez menyebut negaranya sebagai the island of the disconnected.

Pada 2011, hanya 25 persen penduduk Kuba yang mendapatkan akses internet berdasarkan kantor statistik nasional Kuba dan International Telecommunication Union. Ternyata, angka itu tidak tepat. Angka itu termasuk orang yang hanya bisa mengakses intranet pemerintahan. Jadi, sebenarnya hanya 5 persen masyarakat Kuba yang terkoneksi di luar pegawai pemerintah.

Jaringan internet di rumah juga tidak ada sehingga semua akses hanya dilakukan di kantor dan terbatas untuk beberapa pekerjaan. Kalaupun ada sambungan di luar kantor, sifatnya seperti warnet yang harus membayar sekitar 6 sampai 10 dollar per jam, dengan rata-rata gaji orang Kuba per minggu adalah 20 dollar AS. Tentu saja, akses internet tersebut sudah difilter oleh pemerintah. Kecepatannya pun sangat lambat, paling hanya bisa untuk mengecek e-mail. Jangan harap Anda bisa melakukan streaming di sini.

Namun, beberapa aktivis internet di Kuba berhasil menciptakan sambungan ilegal dari peralatan masak yang kemudian bisa dibagi untuk beberapa komputer. Walaupun peraturannya begitu ketat, sensor situs tidak ketat. Tidak seperti Tiongkok, di Kuba, situs seperti New York Times, Facebook, dan Twitter bisa diakses bebas, tetapi tidak Youtube.

Pemerintah Kuba juga merekrut pemuda terbaik dari universitas teknologi di Havana untuk melakukan operasi intelijen di internet untuk memfilter dan mengetahui informasi yang menjelekkan Kuba. Mereka juga mempunyai Wikipedia versi Kuba, yaitu Ecured dengan hanya 78 ribu artikel dan Social Red, Facebook versi Kuba.

Pemerintah sendiri melakukan kontrol ketat terhadap telekomunikasi. Hanya ada dua penyedia layanan internet yang keduanya dimiliki pemerintah. Sementara itu, provider telepon hanya satu, yaitu Cubacel. Kuba mempunyai program bernama AvilaLink yang mampu mengambil informasi pribadi dari komputer publik dan memonitor aktivitas internet warganya.

Hingga akhirnya, jika menggunakan warnet, seseorang harus mempunyai identitas anonim. Oleh karena itu, orang Kuba cenderung paranoid karena selalu merasa diawasi. Tidak ada lagi ekspektasi untuk mendapatkan privasi untuk segala aspek kehidupan di sini karena mungkin, itu hal yang mustahil. [*/VTO]

foto: shutterstock