Komputasi awan selalu dicitrakan sebagai tempat yang aman karena tidak bisa ditembus oleh siapapun karena memiliki keamanan yang tinggi dan dijamin kerahasiaannya. Namun, kenyataannya tidaklah seperti itu. Kejadian ini tentulah menuai protes keras, tetapi kritikan tajam lebih banyak dialamatkan pada penyedia layanan itu, Apple.
Layanan iCloud merupakan layanan yang memiliki fungsi yang sama seperti Dropbox atau OneDrive. Komputasi awan seharusnya memudahkan pengguna untuk menyimpan data-data penting. Kejadian yang menimpa Jennifer Lawrence ini bisa jadi karena orang belum mengenal layanan ini, termasuk dari sisi risiko.
Mungkin bagi orang yang berpikiran konvensional, kasus Jennifer ini tidak akan terjadi jika dia tak melakukan foto seperti itu. Namun, jika dikaitkan pada ranah pribadi, layanan cloud computing seperti rumah, ruang privasi Anda. Maka, foto tersebut sebenarnya foto untuk konsumsi pribadi atau lingkaran internalnya.
Layanan cloud harus diingat sebagai layanan berbasis internet dan ini digunakan banyak orang. Jadi, pantas diingat kalau risiko eksploitasi oleh orang-orang yang berniat jahat tetap terbuka. Sama seperti rumah, kita boleh saja menjamin asisten kita tidak mencuri tapi tidak ada jaminan rumah kita tak bisa dibobol dari luar. Ketika data yang disimpan di cloud tidak terlindungi dengan baik, data Anda tetap bisa dicuri.
Memilah data
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, komputasi awan tidak melulu foto. Banyak juga data penting disimpan oleh banyak orang di layanan ini. Misalnya, laporan keuangan lembaga atau perusahaan, dokumen perjanjian kerja sama, nomor rekening, hingga curahan hati. Semua itu data penting yang berisiko untuk dicuri juga. Itulah yang sebaiknya dipahami lebih luas, tentang bagaimana pengamanan datang dari diri pengguna terlebih dulu.
Cara kerja keamanan layanan komputasi awan adalah dengan kata sandi (password). Sayangnya, banyak orang yang memilih untuk menggunakan password yang gampang diingat dan ditebak. Vladimir Katalov, peretas Rusia pernah menunjukkan kelemahan iCloud tanpa harus mengakses fisik iPhone atau iPad korbannya. Kala itu, layanan iCloud tak mempunyai notifikasi data tersebut sudah diretas.
Untuk itu, cobalah selalu memilah data apa yang harus disimpan secara komputasi awan. Jika hal itu bersifat pribadi, ada baiknya dipindahkan ke tempat aman. Bila tetap merasa tidak aman, jangan malas untuk membuat password yang kuat. Buatlah password lebih dari 10 karakter dengan kombinasi huruf, angka, dan tanda baca serta selalu berbeda di setiap akun yang Anda miliki.
Jika Anda repot mengingatnya, gunakan password manager seperti LastPass atau gunakan two factor authentication yang akan mengirimkan sandi khusus ke ponsel setiap kali login ke sebuah layanan. Keamanan yang baik memang selalu lebih merepotkan. Namun, lebih baik repot sekarang daripada pening di kemudian hari. [*]
Baca juga :Â Trojan Mobile Banking Meningkat, Waspadalah!