Sepeda motor klasik atau sepeda motor jadul hingga saat ini masih dilirik banyak orang karena keunikan dan keistimewaannya. Mulai dari desain hingga sejarah yang mengiringi sepeda motor-sepeda motor itu. Hal semacam itulah yang membuat nilai jual sepeda motor klasik menjadi tinggi, terlebih bagi para pencinta sepeda motor klasik atau kolektornya. Tak jarang kalau pemilik sepeda motor jadul ini enggan melepas motor kesayangannya, meskipun ditawar dengan harga selangit.

Definisi klasik di Indonesia, biasanya mengacu pada kendaraan yang tahun produksinya sebelum 1970. Berikut ini tiga sepeda motor jadul yang saat ini masih tinggi peminatnya.

Honda C70

Honda C70 adalah salah satu seri dari keluarga sepeda motor Honda Super Cub yang sempat malang-melintang di jalanan Indonesia. Dengan mesin berkubikasi 70 cc, sepeda motor ini akrab dengan panggilan Si Pitung. Asal julukan itu dari kosakata bahasa Jawa, yakni pitung puluh yang berarti tujuh puluh.

Di Indonesia, sepeda motor Honda Super Cub mulai dikenal pada 1961 dengan varian Honda C100 dan C102. Pada 1965, Honda melanjutkan kiprah C Series dengan menetaskan Honda C50. Secara kapasitas mesin memang tak ada bedanya dengan Honda C100. Namun, C50 saat itu telah menggunakan teknologi terbaru overhead camshaft (OHC) dari yang sebelumnya memakai overhead valve (OHV).

Setahun berlalu, Honda kembali menambah keluarga Super Cub dengan mengeluarkan sepeda motor Honda C90 yang memiliki kapasitas mesin sedikit lebih besar dari Honda C50. Kemudian pada 1966, lahirlah Honda C70 dengan kapasitas mesin sepeda motor bebek terbesar pada masa itu, yakni 70 cc.

Honda C70 menjadi salah satu sepeda motor bebek 4-tak yang digemari. Sepeda motor tipe ini menjadi favorit karena termasuk sepeda motor yang mudah dikendarai. Mesinnya mengandalkan 70 cc dengan 3 transmisi percepatan. Bentuk ini yang sekarang dikenal sebagai bebek. Generasi awal sepeda motor ini cukup populer karena memudahkan pengendara pemula. Alasannya, tidak terdapat tangki bensin di bagian depan.

Berbeda dari varian di Jepang, Honda C70 di Indonesia memiliki headlamp yang bertengger di bagian setang. Memasuki 1980, Honda menyudahi karier C Series dengan memperkenalkan sepeda motor Honda 700 dan Honda 800 sebelum akhirnya muncul Honda Astrea Star dan Honda Prima. Desain bodi yang digunakan pada kendaraan itu merupakan pengembangan dari model Honda C Series.

Melalui modifikasi dan penambahan variasi yang cocok membuat nilai jual Honda C70 dapat melambung tinggi. Biasanya diler sepeda motor bekas di Indonesia menetapkan harga Honda C70 berdasarkan nilai seni dalam memodifikasi bodi maupun mesin motor. Kelengkapan onderdil, seperti spion, jok mulus, lampu utama, dan sen juga dapat meningkatkan nilai jual sepeda motor antik ini.

Suzuki GT dan Stinger

GT750 dikenal sebagai Le Mans di Amerika, mendapat julukan “Kerbau”, begitu juga di negara-negara lainnya. Secara umum, dikenal sebagai “Kettle” di Inggris dan “Waterbottle” di Australia.

Mesin sepeda motor ini sangat halus, tenang, dan nyaman. GT750 adalah sepeda motor berat karena mesinnya yang lebar dan besar. Mesin 739 cc diusung sepeda motor ini. Sepeda motor ini juga memiliki gearbox lima kecepatan.

Suzuki juga meluncurkan GT185 pada 1973. Pada awalnya, model dengan rem drum di depan dan pada 1974 rem tromol diganti dengan satu lempeng cakram. Dari tahun ke tahun modelnya tampak hampir serupa dan hanya terdapat sedikit berbeda pada warna dan desain grafisnya. Produksi GT185 dihentikan pada 1977.

Selain varian GT, Suzuki mengeluarkan Stinger T125 Twin buatan Jepang pada 1965-1971 yang memiliki desain rangka dan mesin unik. Tipe ini masuk ke Indonesia sekitar akhir 1960-an.

Stinger 125 menggunakan jenis mesin selonjor, tetapi paralel Twin 2-Tak. Penempatan kick starter pada Stinger 125 ini tak selazim motor buatan Jepang, yaitu berada di sisi kiri mesin mirip motor keluaran Eropa dan Amerika zaman dulu. Dengan mesin jenis paralel Twin 2-Tak, Suzuki Stringer 1969 terkenal sangat bertenaga, tetapi boros bahan bakar. [*/ACH]