Suatu hari, Gavi gajah datang menghampiri Koko. Gavi ingin berteman dengan Koko. Tetapi, Koko menolaknya, sebab ia hanya ingin berteman dengan hewan-hewan yang langka dan yang menurutnya istimewa.
“Maukah kamu bermain denganku, Koko?” tanya Gavi.
“Kamu bukan temanku!” tegas Koko. “Aku ini hewan yang istimewa, mana mungkin aku berteman dengan hewan-hewan yang tidak seperti aku, hewan yang langka,” lanjutnya angkuh.
Gavi menjadi sedih mendengarnya. Ia pergi meninggalkan Koko dan lalu bertemu dengan Mumu monyet.
“Kenapa kamu cemberut seperti itu, Gavi?” tanya Mumu.
“Koko adalah hewan yang langka dan istimewa. Sebab itu Koko tidak mau berteman denganku,” jawab Gavi.
“Ikutlah denganku,” ajak Mumu.
Gavi mengikuti ajakan Mumu. Terlihat ada sebuah pohon tumbang menghalangi jalan. Mumu mengajak Gavi untuk menyingkirkan pohon tersebut. Gavi dapat menyingkirkannya dengan mudah, sebab ia mempunyai tubuh yang kuat.
“Kamu hebat, Gavi. Kamu adalah hewan yang kuat,” puji Mumu.
Tak lama kemudian, Koko datang. Koko melihat Gavi dan Mumu sedang bersama.
“Tunggu, Koko!” kata Mumu.
Koko menghentikan langkahnya. Koko melihat banyak dahan pohon yang berserak di sekelilingnya.
“Lihatlah… Bisakah kamu menyingkirkan dahan-dahan itu?” Mumu menunjuk ke arah dahan-dahan berserakan.
Koko yang ingin terlihat hebat, tentu menerima tantangan Mumu. “Baiklah, selain langka, aku juga hewan yang kuat,” ujar Koko.
Koko mulai mengerjakan tantangan Mumu. Dengan susah payah, Koko menyingkirkan dahan-dahan tersebut. Hingga akhirnya, Koko mulai menyerah.
Gavi yang tidak tega melihat Koko, lalu membantu menyelesaikan tantangan Mumu dengan cepat.
“Yeiii, selesai,” ujar Gavi riang. “Dengan begini para hewan dan juga manusia akan mudah melewati jalan ini,” sambungnya kembali.
Koko hanya memasang wajah lesu. Koko merasa bersalah sebab mengabaikan pertemanan dengan Gavi.
“Gavi, aku minta maaf. Aku sadar, setiap hewan pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing,” ujar Koko menyesal. Koko lalu mengatakan, kalau dirinya juga mau berteman dengan Gavi.
“Nah, benar. Jika berteman kita tidak boleh pilih-pilih,” kata Mumu.
“Kamu benar sekali, Mumu. Terima kasih banyak, Mumu, Gavi. Kalian telah membawaku pada kebaikan hari ini,” ujar Koko.
Gavi begitu senang. Akhirnya, Koko mau berteman dengan hewan-hewan lainnya. Koko sadar, jika ia harus tetap saling menjaga rasa persaudaraan kepada sesama.*
Penulis: Anin Aninda
Pendongeng: Paman Gery (Instagram: @paman_gery)
Ilustrasi: Regina Primalita