Kuala Lumpur City Gallery adalah pencerita yang baik. Dengan cara yang runut sekaligus menarik, ia bertutur tentang Kuala Lumpur. Tak hanya membawa kisah masa lalu, galeri ini juga mengembuskan napas Malaysia kontemporer. Menyajikan kilas gambaran Kuala Lumpur hari ini, perkembangan tata kota, sampai tradisi seni ukir yang bergerak selaras zaman.

“Saya antar kalian ke Dataran Merdeka,” ujar pemandu wisata Safri Ali ketika beberapa pelancong dari Indonesia bertanya tentang tempat bersejarah di Malaysia. “Semua bangunan di sana punya sejarah masing-masing. Namun, kalau ingin mendapatkan gambaran besar, masuklah ke KL City Gallery,” lanjutnya.

Sejurus kemudian, kami sampai di Dataran Merdeka. KL City Gallery menjadi bangunan yang cukup menonjol. Bahkan sebelum memasukinya, KL City Gallery sudah terlebih dahulu membuat kita terkesan. Bangunan itu sendiri pun bercerita. Gedung rancangan AC Norman dan J Russel yang didirikan pada 1898 ini terinspirasi gaya arsitektur Mughal dari India. Arsitektur Mughal muncul dari penggabungan antara elemen arsitektur regional India dengan Persia dan Asia Barat.

Pada KL City Gallery, dinding bercat putih gading berpadu dengan ekspos bata merah. Langgam lengkung dijumpai di sana-sini. Tak ketinggalan, kubah pada atap—yang kini menjadi bagian dari perpustakaan di bagian belakang KL City Gallery—menjadi penanda kuatnya pengaruh India. Galeri ini rapi dan apik.

Mulanya, bangunan ini dijadikan pusat kantor percetakan pemerintah administrasi Inggris di Malaysia. Kolom-kolom besi cor dan tiang-tiang penopang menyangga struktur bangunan sehingga bangunan ini memiliki interior luas—yang jarang ditemui pada masa itu—sehingga bisa menampung mesin cetak yang besar. Laporan pemerintahan, buku-buku dari pemerintah, bahkan tiket kereta api dicetak di sini.

Bangunan ini beberapa kali berganti fungsi. Sempat menjadi kantor Kementerian Tenaga Kerja pada 1961 dan kantor Keamanan Pos Perkotaan pada 1977, bangunan ini lantas dijadikan KL City Gallery dan dibuka untuk umum pada 1989. Sejumlah elemen dekorasi ditambahkan untuk membuat KL City Galleri tampil makin cantik. Salah satunya, ikon tulisan merah “I Love KL” yang berada di bagian depan KL City Gallery. Sasaran empuk pelancong yang gemar berfoto, apalagi yang antusias akan mengunggahnya via akun media sosial.

Menyusuri sejarah

Pengunjung bisa masuk ke dalam KL City Galleri secara gratis. Ruangan pertama akan mengajak kita menginjakkan kaki di masa lalu. Kembali ke masa pertengahan abad ke-19, kota ini mendapatkan namanya dari pertemuan Sungai Klang dan Gombak yang berlumpur.

Waktu itu, Raja Abdullah mengupah buruh Tionghoa untuk membuka lombong atau pertambangan timah. Di muara Sungai Klang dan Gombak itulah kegiatan ini dilakukan. Dengan segera, Kuala Lumpur berkembang menjadi kawasan perdagangan penting, kunci pertumbuhan ekonomi Malaysia.

Di ruangan lain, kita akan menjumpai maket Dataran Merdeka, kawasan bersejarah yang mengitari KL City Gallery. Seorang pemandu wisata menunjuk-nunjuk maket sambil menjelaskan, dari KL City Gallery, kita bisa berjalan kaki mengunjungi situs-situs bersejarah tersebut. Perpustakaan Kuala Lumpur, bangunan pertama yang didirikan pascakemerdekaan; tiang bendera setinggi 100 meter di bagian tengah Dataran Merdeka; Sultan Abdul Samad Building yang awalnya merupakan kantor pemerintahan; Gereja Katedral Santa Maria yang bergaya gotik, dan sebagainya.

Salah satu atraksi utama KL City Gallery dapat kita lihat di lantai dua, model kota Kuala Lumpur sebesar 40 x 50 kaki (sekitar 14 x 17 meter). Model kota semacam ini merupakan yang pertama di Asia Tenggara. Model kota ini membantu pengunjung memahami tata kota dan rencana pengembangan Kuala Lumpur. Data mengenai sejarah dan demografi Malaysia pun ditampilkan di layar dengan bantuan teknologi multimedia. Tak terasa kering, data itu jadi menarik untuk disimak.

Menjelang pintu keluar, kita bisa menilik proses pembuatan produk-produk Arch, suvenir Malaysia yang muncul dari tradisi menatah dan mengukir. Dari balik kaca, kita dapat melihat sejumlah seniman membuat ukiran. Arch menciptakan beragam model mini arsitektur ikonik dunia dari kayu. “Keeping heritage alive.” Begitu misi penggagas Arch, Andrew JK Lee. Ia mengangkat tradisi lama Malaysia dan membuatnya semakin hidup dengan menciptakan produk yang sesuai selera orang masa kini.

KL City Gallery merupakan contoh bagus bagaimana menyajikan sejarah. Lewat desain dan isi galeri yang atraktif, belajar tentang suatu kota dan kehidupan masyarakatnya dapat menjadi begitu menyenangkan. [NOV]

Galeri

noted: kl city galeri rangkum kisah kuala lumpur