Uro Si Burung Unta sedang terdiam cukup lama di sebuah danau di daerah Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ada sesuatu yang sedang dipikirkannya. Beberapa kali dia menghela napas.
“Ada apa, Uro?” tanya Sali, seekor ikan tawes yang sedang berenang di danau sambil melompat-lompat. “Kau sedang berpikir apa?” tanyanya lagi dengan khawatir.
Uro yang merasa terganggu dengan celotehan Sali pun kemudian menoleh. “Aku sedang pusing, Sali,” jawabnya singkat.
“Pusing kenapa?” tanya Sali penasaran. “Biasanya kau terlihat ceria.”
“Aku tidak seperti burung-burung lain. Aku tidak bisa terbang,” keluhnya. “Apa gunanya aku kalau tidak bisa terbang?” Kepalanya menunduk.
“Setiap makhluk hidup diciptakan tidak dengan sia-sia. Semuanya pasti ada gunanya.” Sali menyemangati. “Kau kan bisa berlari sangat cepat dibanding hewan yang lain.”
“Tapi, burung-burung lain kan umumnya bisa terbang. Tapi, aku tidak bisa terbang.” Uro masih saja mengeluh.
Tiba-tiba terdengar suara minta tolong dari dalam hutan.
“Sepertinya itu suara Rumi Si Rusa,” ujar Uro menegakkan badannya. “Aku akan ke sana dulu ya.”
Dengan secepat kilat, Uro berlari ke dalam hutan. Ternyata Rumi sedang dalam bahaya. Ada beberapa manusia yang sedang memburunya. Uro pun membantu Rumi dengan cara menakut-nakuti para manusia itu. Tubuh Uro yang menjulang tinggi membuat takut para manusia itu sehingga mereka lari tunggang-langgang.
“Terima kasih, Uro. Aku dapat bernapas lega sekarang,” ucap Rumi sambil mengelap keringat yang membanjiri dahinya.
“Sama-sama, Rumi,” jawab Uro.
Uro pun kembali ke danau menemui Sali dengan tersenyum lebar.
“Sali, sekarang aku sudah tidak sedih lagi,” ucap Uro.
“Wow. Apa yang sudah terjadi, Uro?” tanya Sali ingin tahu. “Apakah Rumi baik-baik saja?”
Uro mengangguk. “Aku membantunya mengusir para manusia jahat yang sedang memburunya. Sekarang, aku sudah menyadari kalau aku juga bisa berguna untuk makhluk hidup lainnya.”
Sali tersenyum. “Syukurlah. Jangan berkecil hati lagi ya, Uro!”
Mereka berdua pun tertawa bersama. *
Penulis: Nurcahyani Dewi
Pendongeng: Kang Acep, Kak Mira, Kak Dian, dan Kak Heba (yt: acep_yonny)
Ilustrasi: Regina Primalita