Semakin terbatasnya lahan untuk permukiman menjadi alasan utama lahirnya ide modular float system (hunian apung modular). Di Indonesia, belum banyak pihak yang menerapkan konsep ini untuk arsitektur bangunan. Namun, sistem hunian apung modular secara tradisional dapat ditemukan di Rumah Terapung (Panggung) Suku Bajo di Sulawesi dan Rumah Lanting di Kalimantan.

Meski Indonesia sudah memiliki beberapa contoh hunian apung tradisional, teknologi modern pada sistem ini masih terus dikenalkan. Hal ini bertujuan agar dapat diaplikasikan karena sesuai dengan kondisi kontur alam Indonesia, yang luas perairannya melebihi luas daratan.

Hunian apung modular merupakan sebuah konsep arsitektur yang dapat membuat sebuah bangunan mengapung secara stabil di permukaan air. Dasarnya adalah kumpulan kubus plastik yang dapat terapung. Kubus-kubus itu dirakit sesuai keinginan kita.

Kubus terbuat dari plastik HDPE yang telah diuji kekuatannya dan sangat ramah lingkungan. Kubus ini kemudian disatukan menyerupai daratan. Kubus ini juga didesain sangat aman dan mempunyai daya tahan yang kuat. Rumah-rumah terapung yang didukung sistem ini terendam di air hingga kedalaman setengah lantai. Konstruksi rumah biasanya menggunakan baja ringan dan memiliki anjungan atau dermaga yang terhubung langsung ke daratan terdekat.

Salah satu contoh bangunan di luar negeri yang menampilkan sistem arsitektur ini adalah Spiral Island. Materialnya tidak menggunakan plastik HDPE, tetapi dari kumpulan botol plastik bekas. Oleh seniman Inggris, Richie Sowa, dibuatlah sebuah pulau buatan di Meksiko pada 1998.

Pulau ini mengapung di atas 250.000 botol plastik daur ulang, yang disebut Spiral Island. Botol-botol itu dibundel bersama-sama dalam tas dan digunakan sebagai pengapung pada bambu dan kayu lapis yang mendukung seluruh lahan berpasir. Diameternya lebih dari 50 meter.

Pulau itu memiliki rumah bertingkat dengan atap matahari, self-composting toilet, dan berbagai tanaman rimbun. Setelah Spiral Island hancur oleh badai pada 2005, Sowa membangun pulau kedua bernama Joyxee Island berukuran hampir sama dengan Spiral Island dan memiliki pohon bakau. Uniknya, Joyxee Island memiliki air terjun bertenaga surya dan kolam dalam pulau. Kini, Joyxee Island dikenal juga sebagai free-floating eco-paradise di dunia. [*/ACH]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 2 Maret 2016